Di zaman yang serba digital dan moral yang semakin berkurang ini, banyak sekali masyarakat yang pikirannya terdoktrin dengan pakaian ataupun cara berbicara seseorang yang selalu menyakutkan agama dalam setiap pembahasannya. Terutama sekali zaman sekarang banyaknya ibu-ibu yang terlalu ingin mengenal orang-orang shaleh tapi, tak pandai dalam menilai keasliyan kesalehan itu.
Dimana ibu-ibu zaman sekarang selalu mengaggung-agungkan seorang ustadz yang sedang viral, di media hingga beranggapan tinggi dan tak pernah menyisihkan sedikitpun ruang untuk kecewa terhadap orang yang di agung-agungkannya, hingga mereka lupa bahwa ustadz itu juga manusia yang suatu-waktu juga bisa berbuat khilaf.
Namun karena pikiran yang sudah terlalu terdoktrin akan kesalehan yang ditunjukkan, hingga mereka jadi lupa untuk menilai seseorang juga dengan baik bukan hanya sekedar dari gaya bicara ataupun pakaian saja.
Hingga disaat orang yang mereka agung-agungkan itu membuat kesalahan atau hal yang tak disukai oleh mereka, maka mereka akan mencaci orang tersebut melebihi kata-kata pujian yang mereka berikan sebelumnya, namun mereka lupa yang saleh dari pakaian itu bukanlah orang yang seperti apa yang ada dalam pikiran mereka.
Dan mereka juga menjadi begitu agresif dalam hal yang sensitif terhadap agama tapi mereka tak pernah mau membuka mata untuk melihat sesuatu itu dengan benar hingga ekspektasi mereka memakan harapan yang telah mereka bangun sebelumnya, hingga banyak orang yang juga kecewa dan memilih untuk tak lagi percaya dengan orang-orang saleh, padahal kesalahan itu bukan dari mereka yang berpakaian tapi dari kita juga yang terlalu berekspektasi tinggi.
Namun apakah hanya masyarakat saja yang salah dalam penilaian yang keliru terhadap pakaian.?
Tidak tapi terkadang banyak juga orang-orang zaman sekarang yang sengaja menjadikan pakaian itu sebagai alat untuk suatu kepentingan pribadi, dan dia masuk kekalangan orang yang pikirannya sudah terdoktrin akan orang-orang yang paham agama hanya dengan melihat gaya pakaian ataupun cara bicaranya saja, mereka tak mau tau apakah orang itu benar-benar orang saleh atau hanya orang biasa yang memang sengaja mensaleh-salehkan diri untuk kepentingan pribadi.
Jadi kita sebagai penerus generasi harusnya lebih kritis dalam menilai sesuatu terutama sekali ialah cara berpakaian dan berbicara seseorang, jangan sekali-kali kita langsung mengklaim bahwa pakaian itu adalah simbol kesalehan, tapi kita lupa bahwa pakaian adalah simbol kepatuhan seorang hamba terhadap tuhannya bukan karena kesalehannya, dimana banyak orang yang tak saleh tapi memakai pakaian alim itu berarti membuktikan dia hamba yang patuh bukan karena dia sok saleh ataupun ada maksud tertentu, walaupun tak menutup kemungkinan untuk orang yang berpakaian alim juga membuat hal yang menguntungkan dirinya saja.
Jadi mulai sekarang mari kita normalkan bahwa yang berpakaian alim itu bukan berarti karena dia adalah seseorang yang paham agama ataupun saleh hingga tak akan berbuat dosa lagi. Dan kita juga perlu mengingat bahwa dia juga manusia yang harus kita sisipkan sedikit ruang kecewa agar harapan tak membuat jiwa menjadi mati karena rasa yang ter
lalu menyakiti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI