Lihat ke Halaman Asli

Bika Ambon

Diperbarui: 15 Maret 2019   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Inong menatap keluar jendela. Hampir gelap. Gerimis tipis mengaburkan pandang. Ibu yang masih asyik menyulam di sudut ruangan, acuh. Sulaman itu membuatnya tenggelam sangat dalam. Tak sadar dia angin yang menerabas jendela, melambaikan tirai, dan sesekali menghempas pelan daun jendela. Tempias hujan memercik ke lemari dan sofa. Apakah ibu melupakan sesuatu? Tentang ayah dan bika ambon? Aduh, nyeri betul geraham Inong! Tapi  kelezatan bika ambon, dia yakin bisa melenyapkan segala sakit yang menyeri gigi itu.

"Apakah ibu lupa?" tanya Inong sambil menggulung-gulung lengan baju.

Ibu menatap putrinya, lalu beralih menatap ke luar jendela. Seketika dia melemparkan sulaman ke sofa. Menghidupkan lampu. Menutup jendela, merapatkan tirai. Sebentar itu adzan maghrib berkumandang. Pertanyaan Inong menggantung. 

Setelah mereka shalat maghrib berjamaah, dilanjutkan makan malam, Inong menanyakan hal yang sama. Ibu mengernyit tak paham.

"Lupa apa, ya? Lupa karena hari sudah menjelang malam, dan ibu  lupa menutup jendela?" Dia menatap lekat mata putrinya. Gelengan halus membalas tatapannya. "Hmm, apa, ya? Ibu bingung."

"Ibu suka lupa! Bika ambon!" keluh Inong. Dia menyilangkan dada di depan dada. Pura-pura merajuk. Seketika terbitlah senyum ibu yang tulus. O, itu rupanya yang membuat anak sibiran tulang bermuka masam sejak sore. 

"Ayah tak akan lupa membawa bika ambon. Tapi..., apakah kau rindu bika ambon atau ayah?

"Dua-duanya!"

Ayah telah lima hari berkunjung ke rumah Uwak Salasa di Medan. Sementara dia berencana hanya tiga hari di sana. Berhubung ada urusan mendadak, ayah baru pulang dua hari kemudian, atau paling lambat sore tadi. Tentu saja tak lupa dengan oleh-oleh bika ambon kesukaan Inong.  

"Tadi ayah menelepon, bus yang dia tumpangi rusak. Mungkin beberapa jam lagi ayah akan tiba. Ayah juga menanyakan, apakah gigimu masih sakit?"

Mata Inong membola. "Masih sakit, sedikit. Tapi Inong tak takut makan bika ambon." Dia tertawa. Ibu mencubit pelan hidung bangir si mungil itu. Sebentar saja mereka terdiam sambil menikmati sop hangat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline