Lihat ke Halaman Asli

Mengulas Sejarah Drama dari Yunano Kuno Hingga Sekarang

Diperbarui: 2 Oktober 2025   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Pinterest)

Drama merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tertua yang pernah diciptakan manusia. Sejak ribuan tahun lalu, drama tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media ekspresi, pendidikan, bahkan ritual keagamaan. Dimulai dari upacara religius di Yunani Kuno yang ditujukan untuk memuja dewa, drama kemudian berevolusi menjadi karya sastra yang menggambarkan realitas sosial dan emosi manusia. Melalui penelusuran sejarah drama, dari masa Yunani Kuno hingga era modern sekarang, kita dapat memahami bagaimana seni ini tumbuh, berkembang, dan tetap bertahan sebagai bagian penting dari kebudayaan manusia. Untuk lebih jelasnya mari kita simak artikel berikut.

1. Drama Yunani Kuno (Sekitar 600 SM)

Berawal dari ritual keagamaan dan kultus Dewa Dionysus, dewa anggur dan kesuburan, dalam bentuk himne atau dithyramb. Thespis dianggap sebagai tokoh pertama yang memperkenalkan dialog dan karakter terpisah dari paduan suara, serta mulai menggunakan topeng. Lahirnya genre tragedi, komedi, dan drama satir. Aeschylus, Sophocles, Euripides (tragedi), dan Aristophanes (komedi). Penambahan jumlah aktor, penggunaan latar belakang lukisan, dan pengembangan struktur pementasan di amfiteater.

2. Drama Romawi Kuno (Sekitar 200 SM - 400 M)

Drama Yunani memengaruhi teater Romawi, termasuk saduran-saduran drama Yunani yang kemudian dipelajari oleh penulis Renaisans. Pementasan drama Romawi umumnya menampilkan panggung yang lebih besar dan efek khusus yang lebih memukau. Pada zaman Romawi Kuno, drama Yunani diadaptasi menjadi lebih menghibur dan realistis. Drama digunakan untuk hiburan rakyat dalam pesta dan arena publik. Tokoh terkenal pada masa ini antara lain Plautus dan Terence yang menulis komedi, serta Seneca yang menulis tragedi. Drama Romawi lebih menonjolkan hiburan daripada pesan moral dan sering disertai musik serta tarian.

3. Drama Abad Pertengahan (Sekitar 900 - 1500 M)

Memasuki abad pertengahan, drama sempat menghilang karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Namun, gereja kemudian memanfaatkannya sebagai alat pendidikan agama dengan menampilkan kisah-kisah dari Alkitab dalam bentuk drama liturgi, misteri, mukjizat, dan moralitas. Pertunjukan ini biasanya dilakukan di gereja atau halaman biara, dengan tema religius dan pendidikan moral. Drama di abad ini berkembang di bawah pengaruh gereja Katolik.

4. Drama Renaisans dan Neoklasik (Abad ke-16 & 17)

Pada masa Renaisans, drama kembali berkembang pesat karena kebudayaan Yunani dan Romawi dihidupkan kembali. Drama tidak lagi terikat pada tema keagamaan, melainkan menonjolkan kehidupan manusia dan persoalan duniawi. Masa ini melahirkan sastrawan besar seperti William Shakespeare dengan karyanya Romeo and Juliet, Hamlet, dan Macbeth, serta Christopher Marlowe dan Ben Jonson. Pertunjukan mulai dilakukan di gedung teater tertutup dengan bahasa yang indah dan puitis. Periode ini menyaksikan kebangkitan drama klasik, termasuk karya William Shakespeare yang terinspirasi oleh drama Yunani. Lalu, berkembang di Prancis dan Eropa, menekankan aturan dan struktur yang ketat.

5. Drama Modern (Abad ke-19)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline