Perangkat wearable seperti smartwatch dan fitness tracker semakin populer karena kemampuannya mencatat aktivitas harian, kesehatan, hingga komunikasi. Data yang tersimpan pada perangkat ini mencakup detak jantung, langkah kaki, pola tidur, pesan singkat, hingga notifikasi aplikasi. Dengan nilai informasi yang tinggi, kehilangan data pada wearable bisa menimbulkan kerugian, baik bagi individu maupun lembaga yang memanfaatkan data kesehatan.
Namun, recovery data pada perangkat wearable memiliki tantangan tersendiri. Tidak seperti laptop, harddisk, atau bahkan smartphone, wearable biasanya menggunakan ruang penyimpanan kecil, enkripsi ketat, serta keterbatasan akses ke sistem file. Artikel ini membahas secara teknis bagaimana proses recovery data dari perangkat wearable dilakukan, tantangan yang dihadapi, dan pendekatan solusi.
Karakteristik Penyimpanan pada Wearable
Sebelum membahas pemulihan data, penting memahami bagaimana data disimpan di perangkat wearable.
Memori Internal Flash
Hampir semua wearable menggunakan NAND flash memory dengan kapasitas kecil, biasanya 4 GB hingga 32 GB. Data direkam langsung ke chip flash tanpa opsi ekspansi seperti SD card.Sinkronisasi Cloud
Sebagian besar perangkat wearable tidak menyimpan data jangka panjang. Informasi disinkronkan ke aplikasi pendamping di smartphone, lalu diteruskan ke cloud (misalnya Google Fit, Apple Health, atau Fitbit Cloud).Enkripsi
Produsen besar seperti Apple, Samsung, atau Garmin menerapkan enkripsi tingkat perangkat keras untuk melindungi data pengguna. Artinya, meskipun chip berhasil diekstrak, tanpa kunci enkripsi data tidak bisa dibaca.Sistem Operasi Khusus
Wearable tidak menggunakan sistem operasi penuh seperti Android atau iOS, melainkan versi ringan (misalnya Wear OS, watchOS, atau firmware proprietary). Hal ini membuat jalur akses recovery terbatas.
Penyebab Kehilangan Data di Wearable
Kehilangan data pada perangkat wearable bisa terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
Kerusakan fisik: perangkat jatuh, terkena air, atau terbakar.