Lihat ke Halaman Asli

Abdul Razaq

Aktivis Sosial dan Keagamaan

Sensitif Lingkungan: Menggali Potensi, Menguatkan Sinergi, Merangkai Harapan Menuju Lingkungan Berkelanjutan

Diperbarui: 24 April 2025   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presentasi Penguatan Kelembagaan di Kemantren Ngampilan Jogja (Gambar Keloksi Pribadi)

Setiap hari, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa lingkungan yang kita huni bukan sekedar entitas fisik, melainkan juga cerminan dari rasa kepedulian, solidaritas, dan tekad seluruh anggotanya. Dalam dinamika kehidupan yang terus berkembang, muncul sebuah pertanyaan krusial: apakah kita akan berfungsi sebagai pengamat yang pasif, ataukah kita berperan sebagai agen perubahan? Respons terhadap pertanyaan ini akan menentukan masa depan lingkungan kita, apakah ia akan berkembang menjadi suatu ruang yang harmonis dan berkelanjutan, atau malah terjerat dalam siklus permasalahan yang tidak pernah usai.

Sensitivitas terhadap lingkungan: Landasan untuk kemajuan.

Sensitivitas terhadap lingkungan bukanlah hanya suatu konsep, tetapi sebuah pendekatan hidup yang memerlukan adanya perhatian, sensitivitas, dan reaksi terhadap situasi di sekeliling kita, baik dari aspek alam maupun sosial. Pendekatan ini mempunyai peran sentral dalam mengeksplorasi, mendayagunakan, dan mengoptimalkan potensi yang ada dalam lingkungan, termasuk potensi individu, komunitas, dan lembaga. Setiap lingkungan mempunyai ciri khas yang dapat berfungsi sebagai pendorong kesejahteraan bersama jika dikelola dengan bijaksana dan kerja sama.

Kesadaran tentang pentingnya kepekaan lingkungan membawa kita ke pemahaman bahwa kesuksesan dalam pemberdayaan masyarakat tidak dapat diraih secara sendiri-sendiri. Sinergi dan kerjasama antara individu, pemimpin masyarakat, dan lembaga-lembaga yang beragam adalah kondisi dasar agar setiap inisiatif yang diterapkan benar-benar memberikan dampak luas dan berkelanjutan. Dengan membangun sinergi, kita menciptakan kekuatan bersama untuk mewujudkan perubahan yang signifikan dan berjangka panjang.

Tantangan dan Hambatan dalam Mewujudkan Lingkungan Berkelanjutan

Perjalanan menuju lingkungan berkelanjutan, tentu tidak berjalan mulus, ada tantangan yang kompleks dan saling terkait. Di tingkat masyarakat, tantangan yang muncul berupa rendahnya kesadaran, sikap apriori, kurangnya koordinasi, dan minimnya transparansi dalam pengelolaan program.

Tidak jarang, manfaat perubahan tidak dirasakan secara merata akibat dominasi kelompok tertentu atau kekecewaan terhadap program yang gagal di masa lalu. Semua ini menuntut adanya komunikasi inklusif, distribusi tanggung jawab yang adil, serta apresiasi terhadap setiap kontribusi anggota masyarakat, sekecil apa pun.

Peran Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat

Kunci dalam penguatan lingkungan yang berkelanjutan terletak pada kelembagaan yang kuat dan partisipatif. Lembaga-lembaga seperti RT, RW, PKK, kampung, hingga kelurahan dan kemantren memiliki peran strategis sebagai penghubung, fasilitator, dan penggerak partisipasi masyarakat. Lembaga tersebut (pengurus dan anggotanya) berperan memetakan potensi lokal, membangun sistem dukungan sosial, serta mendorong kolaborasi lintas pihak untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonis.

Penguatan kelembagaan harus berlandaskan pada prinsip keberlanjutan, di mana proses sama pentingnya dengan hasil. Kepemilikan bersama atas setiap program menjadi kunci agar perubahan tidak hanya bergantung pada individu, tetapi berjalan secara sistematik dan berkelanjutan. Adaptasi dan inovasi pun menjadi keharusan agar lembaga mampu merespons tantangan zaman dan menciptakan solusi yang relevan.

Di sisi lain, pemberdayaan masyarakat menjadi landasan utama dalam pengelolaan lingkungan. Melalui edukasi, pelatihan, dan penguatan jaringan kerjasama dengan pihak luar, masyarakat didorong untuk lebih sadar, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Program-program seperti pengelolaan sampah mandiri dan bank sampah terbukti mampu membentuk komunitas yang tidak hanya menjaga kebersihan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru bagi masyarakat. Demikian juga program-program lain yang terkelola dengan baik, partisipatif dan pemberian apresiasi kepada anggota masyarakat, tanpa diskriminasi dan dominasi pihak-pihak tertentu.

Strategi dan Solusi: Merangkai Masa Depan yang Lebih Baik

Menuju masyarakat yang sensitif lingkungan tidak selalu mulus. Kesadaran masyarakat yang masih rendah, sikap apriori, dan lemahnya koordinasi antar lembaga menjadi tantangan yang harus dihadapi. Akar masalahnya beragam, mulai dari kekecewaan terhadap program sebelumnya yang gagal, kurangnya transparansi, hingga dominasi segelintir pihak dalam pengambilan keputusan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline