Di era ekonomi global yang serba cepat saat ini, kinerja finansial bukan satu-satunya faktor yang menentukan nilai sebuah perusahaan. Selain itu, kini perusahaan juga dinilai berdasarkan kontribusinya pada aspek tata kelola, lingkungan, dan sosial (Environmental, Social, and Governance). Akuntansi berkelanjutan hadir sebagai alat untuk mengukur, melaporkan, dan mengelola dampak sosial dan lingkungan dari operasional perusahaan secara transparan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG, perusahaan dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan membangun kepercayaan pasar. Namun, ada beberapa tantangan dalam praktiknya, seperti kurangnya konsistensi dan standar, kesulitan dalam pengukuran, serta meningkatnya regulasi.
Akuntansi berkelanjutan berfungsi bukan hanya menyediakan informasi komprehensif kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) tentang posisi dan tanggung jawab perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berasal dari Green Accounting yang berfokus pada dampak lingkungan dan sosial, bukan hanya keuntungan finansial.
Beberapa teori yang relevan dengan akuntansi berkelanjutan adalah:
1. Teori Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan memandang akuntansi sebagai alat untuk mengelola dampak negatif lingkungan dengan mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan biaya serta manfaat lingkungan dari kegiatan perusahaan.
2. Teori Stakeholder
Menegaskan bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada pemegang sahamnya, tetapi juga kepada semua pemangku kepentingannya, seperti karyawan, pelanggan, dan masyarakat. Perusahaan yang menerapkan teori ini cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik karena mereka dapat membangun hubungan yang positif dengan semua stakeholdernya
3. Teori Keberlanjutan
Teori ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan efisiensi energi dan sistem pengelolaan karena memungkinkan mereka mempertahankan kemampuan mereka untuk generasi mendatang sambil memenuhi kebutuhan saat ini.
4. Teori Biaya Lingkungan