Lihat ke Halaman Asli

A.A. Sandre

penikmat kata dan kopi

Anak Pejuang (Bagian XI)

Diperbarui: 26 Agustus 2025   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber poto: Instagram @prabowo

Sewaktu tinggal di London, aku pernah mendengar kisah tentang bunga Dandelion. Sebuah gulma yang hidup di alam liar dan tahan terhadap segala keadaan. Dandelion kemudian menjadi simbol perjuangan. 

Kini cerita panjang tentang perjuangan sedang kuselami dalam War and Peace. Asyik juga membacanya, hingga menyelami petualangan yang tak jarang menegangkan dan sesekali menakjubkan. 

Lalu Ibu datang menghampiriku. Duduk di kursi yang berada di sisi kananku. Aku tahu mengapa wajah Ibu sendu. Senyumnya hilang sejak mendengar kabar tentang penugasanku ke Timor Timur. Lulus dari AKABRI, aku telah menjelma prajurit yang siap bertempur. 

Timor Timur memang sedang diguncang prahara. Perang saudara tak terelakkan. Faksi-faksi politik muncul dan elite-elitenya saling mendamik dada sebagai pewaris kekuasaan peninggalan Portugis. 

Faksi politik yang disebut Fretilin dan berbau komunis menjadi faksi paling siap berperang. Orang-orang dalam faksi ini bersenjata dan memerangi faksi lain yang tak bersepakat terhadap ide mereka. 

TNI tak tinggal diam, sembilan pesawat Hercules C-130 dikerahkan dalam Operasi Seroja. Pesawat-pesawat itu mengangkut pasukan lintas udara dan langsung diadang oleh serdadu Tropaz yang dipersenjatai Fretilin. 

Rupanya serdadu Tropaz yang terlatih dan memiliki pengalaman tempur di Angola dan Mozambik sudah bersiaga. Mereka lebih dulu menembaki pesawat TNI.  

Keruan saja, penerjunan pasukan Grup I Kopassandha ke Kota Dili diurungkan, dan dialihkan ke Kupang. Hujan peluru yang ditembakkan serdadu Tropaz benar-benar sukar ditembus. 

Namun, Mayor Atang Sutresna memutuskan tetap terjun bersama anak buahnya. Dia mengemban tugas merebut sejumlah lokasi strategis, termasuk kantor gubernur, lapangan terbang, dan pelabuhan. 

Begitu melompat dari pesawat, Mayor Atang dan anak buahnya langsung diberondong tembakan serdadu Tropaz. Tiada henti-hentinya mereka harus menghindar. Hingga beberapa orang gugur saat payung parasut mereka masih terkembang di udara. Mendengarnya aku hanya bisa mendesah dan mengelus dada.  

Begitu kakinya menginjak tanah Kota Dili, Mayor Atang yang dikawal Kopral Sugeng dan Kopral Suhar, langsung bergerak maju. Dalam situasi sangat berbahaya, mereka terus bergerak cepat untuk mencapai sasaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline