Lihat ke Halaman Asli

Ahman Sarman

Penikmat Aksara dan Penyelam Makna

Teropong Pendidikan Informal

Diperbarui: 22 Juni 2022   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan informal merupakan pendidikan tanpa pengakuan tertulis (ijazah, sertifikat) tetapi turut berpengaruh pada pendidikan formal dan non formal. 

Dikatakan demikian karena dasar kesuksesan pendidikan formal dan non formal ditopang oleh pendidikan informal. Seseorang yang sukses pendidikan formalnya diakibatkan oleh tertatanya pendidikan informal. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru inti dalam pendidikan informal menjadi penentu juga.

 Mari kita tengok hal-hal berikut ini (1) begitu banyak peserta didik yang gagal menyelesaikan pendidikan formalnya/berhenti bersekolah sebelum tamat, (2) banyak peserta didik menyelesaikan pendidikan formalnya namun seolah tidak mendapat apa-apa selama ia menjadi peserta didik, (3) tidak pernah menikmati pendidikan formal. Ketiga permasalahan tersebut jika ditelusuri lebih jauh penyebabnya adalah terbengkalainya pendidikan informal. 

Pengaruh bisa saja berasal dari (1) terjadi masalah serius dalam keluarga (kedua orang tua memiliki masalah internal, cerai, pisah tempat tinggal yang terlalu lama, dan lain-lain), (2) terlalu sibuknya orang tua yang mengakibatkan kurangnya komunikasi persuasif secara intensif, (3) lemahnya pengawasan orang tua terhadap pendidikan non formal, lingkungan, dan pertemanan, (4) tingginya didikan untuk prospek mencari kerja daripada bersekolah, sehingga sekolah dianggap sebagai tempat mencari ijazah saja.

 Tentu masih banyak fenomena yang turut berpengaruh dalam pendidikan informal, namun secara garis besar setiap peserta didik yang bermasalah pendidikan formalnya dipengaruhi oleh retaknya pendidikan informal sebagaimana telah diuraikan. 

Tampaknya pendidikan informal yang baik berasal dari keluarga yang baik-baik. Keluarga yang baik bukan berarti keluarga sejahtera dengan perekonomian keluarga yang mapan, tetapi keharmonisan dalam manajemen organisasi keluarga berjalan dengan baik. 

Ada waktu luang yang banyak untuk memberikan didikan secara intensif, pengajaran/pembelajaran perlakuan baik dalam setiap tingkah laku, pembelajaran bertutur kata dengan mengedepankan aspek sopan santun daripada aspek komunikatif, tau menempatkan diri dalam ranah keluarga, dan menjadi cerminan keluarga yang baik di masyarakat. Didikan-didikan itu berjalan terus menerus hingga seorang anggota keluarga membentuk keluarga baru lagi (menikah).

 Adat istiadat, budaya, dan kebiasaan baik, menjadi bingkai kokoh serta sebagai kurikulum pendidikan informal. Semua anggota keluarga dibentuk dengan hal itu. Dalam setiap aktivitas pun selalu berpedoman pada adat istiadat, budaya dan kebiasaan keluarga yang sifatnya turun temurun. 

Jangan heran ketika negara memperbincangkan revolusi mental dan  karakter anak bangsa sasaran utamanya adalah memperkuat kembali pendidikan informal. 

Kadang jalan pintas yang diambil yakni menekan pendidikan formal untuk membentuk karakter dengan memodifikasi budaya yang berlaku secara umum. Hal itu dilakukan karena negara meyakini pendidikan informal berhasil membentuk kepribadian, keterampilan dan kedewasaan seseorang dalam setiap aktivitasnya.

 Ada mimpi buruk yang kini dilanda oleh para pemimpin-pemimpin keluarga. Keberhasilan mereka setelah dididik berpuluh-puluh tahun oleh orang tua mereka, tidak lagi ditularkan kepada anggota keluarganya setelah mereka menjadi pemimpin keluarga. Hal itu disebabkan oleh kesibukan bertubi-tubi untuk mengurus persoalan kerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline