Lihat ke Halaman Asli

Menggali Kembali Kebudayaan Lokal Bingbrung di Kelurahan Ledeng Melalui Program KKN Kelompok 32 Universitas Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 8 Agustus 2022   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keseniannya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki ciri khasnya tersendiri. Dari mulai alat musik yang digunakan, tariannya, juga hal-hal lain yang berkaitan dengan kesenian tersebut. 

Salah satu kesenian dari Indonesia yaitu kesenian Bingbrung yang merupakan salah satu kesenian tradisi Sunda yang berada di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap Hilir. Kesenian Bingbrung merupakan kesenian buhun yang masih kental dengan aturan-aturan nenek moyang terdahulu.

Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Pendidikan Indonesia dengan tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa dan MBKM mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia berusaha untuk menggali dan memperkenalkan kembali Kesenian Bingbrung sebagai salah satu budaya lokal di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap kepada masyarakat.

Upaya yang dilakukan untuk menggali dan mempromosikan Kesenian Bingbrung ini yaitu dengan melalui wawancara kepada Ketua dari Bingbrung juga membuat video dokumentasi yang singkat merupakan salah satu cara untuk membranding warisan budaya lokal yang berada di tengah pertumbuhan jaman yang semakin pesat agar kesenian ini tidak cepat punah.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Ketua Bingbrung saat ini yaitu Bapak Dannis Swara mengenai sejarah Kesenian Bingbrung dulu pada tahun 1910 kakek dari Bapak Dannis Swara yaitu Bapak Atmareja yang menemukan Terebang dan Barzanji di dekat pemakaman. 

Pada saat itu Bapak Atmareja atau yang biasa disebut Abah Enja tidak mengetahui cara memaikan Terebang tersebut. Kemudian beliau dilatih oleh Kyai dari Cirebon cara memaikan Terebangan dan juga diajarkan syair-syair dalam Barzanji. Setelah itu oleh Abah Enja dibuatlah suatu perkumpulan yang pada saat itu diberi nama ‘nyolawat’.

Abah Enja merupakan ketua pertama dari Kesenian Bingbrung atau juga biasa disebut dalang. Beliau memegang Kesenian Bingbrung ini dari tahun 1910 sampai tahun 1940. Setelah itu pada tahun 1940 diteruskan oleh Abah Sasmita sampai dengan tahun 1970. Ketika Kesenian Bingbrung diketuai oleh Abah Sasmita kesenian ini biasa juga disebut dengan Terebang

Selanjutnya pada tahun 1970 sampai tahun 1992 diturunkan kembali ke generasi ketiga yaitu diketuai oleh Abah Ulis Enin yang nama aslinya Bapak Ita Sutadimaja. Saat diketuai oleh Abah Ulis Enin kesenian ini suka berubah-ubah nama. 

Saat mengajak para nayaga untuk tampil, Abah Ulis Enin mengajaknya dengan menyebutkan nama kesenian ini yaitu ‘nyolawatan’, Terebangan, atau juga Barzanjian. Hal itulah yang menyebabkan berubah-ubahnya nama dari kesenian ini ketika diketuai oleh Abah Ulis Enin.

Pada tahun 1992 sampai dengan tahun 2017 kesenian ini diketuai oleh Abah Oon Sudrajat yang merupakan Kakak dari Bapak Dannis Swara. Kemudian, oleh Abah Oon Sudrajat kesenian ini biasa disebut Bingbrung. Menurut beliau nama Bingbrung ini diambil dari suara hasil tgepakannya yang berbunyi ‘bing-bing-brung’. 

Oleh karena itu, nama Bingbrung  berlanjut sampai saat ini. Selanjutnya, dari tahun 2017 hingga tahun 2018 kesenian Bingbrung mengalami kekosongan. Lalu, pada tahun 2018  sampai saat ini Kesenian Bingbrung diketuai oleh Bapak Dannis Swara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline