Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Senang menulis, pembelajar.

Cerpen I Kenapa Harus Aku yang Lebih Lama?

Diperbarui: 9 Mei 2025   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesetiaan Cinta Sumber gambar: dokumen pribadi by Canva

Karina duduk di beranda kamar VIP rumah sakit Medika, menatap langit sore yang memerah. Angin membawa aroma tanah basah dari hujan siang tadi. Di tangannya, secangkir teh hangat bergetar sedikit karena tangannya yang mulai melemah. Karina menghela napas panjang.

"Kau tahu, Tuhan," bisiknya, "kalau boleh memilih, aku ingin Kau panggil aku lebih dulu."

Di dalam ruangan, suara batuk suaminya, Rangga, terdengar sayup. Sudah seminggu  suaminya terbaring di rumah sakit karena mengidap fibrosis akut. Karina tak tahu jika suaminya mengidap penyakit itu sejak lama.

Karina mengepalkan jemarinya. Hatinya berat. Dia menyesali apa yang telah dia rasakan selama ini. Ketakutan pada sesuatu yang tak jelas alasannya. Karina takut bukan pada kematian atau pada rasa sakit yang dideritanya sejak setahun lalu. Namun, pada kemungkinan Rangga, suaminya, mencari pelukan perempuan lain. Karina  bukannya tak percaya pada cinta suaminya. Karina tahu jika tubuhnya sendiri telah menua, dan Karina merasa tak lagi mampu menjadi perempuan yang Rangga butuhkan. Apalagi penyakit kanker yang dideritanya sejak tahun lalu.

Karina  kerap menatap foto dirinya yang dulu, berbeda dengan kondisinya saat ini. Dia sudah tak menarik lagi. Karina sering menatap cermin berlama-lama, mencoba menemukan Karina yang dulu. Namun yang Karina temui hanya sorot mata yang cemas dan kulit yang tak mampu Karina haluskan lagi.

"Aku ini tak berarti lagi untukmu, Rangga?" gumamnya dalam hati.

Padahal Rangga, seperti biasa, tetap mencintainya. Dia tetap membacakan doa sebelum tidur, tetap menggenggam tangannya saat berjalan di taman. Namun, ketakutan itu melekat di hati Karina, menggerogoti kepercayaannya sedikit demi sedikit.

Karina mulai merasa kalah dengan waktu. Tubuhnya tak lagi mampu menyalakan gairah yang dulu sering membuat Rangga memujinya. Karina merasa asing di ranjang mereka. Bahkan saat Rangga memeluknya, Karina merasa tubuhnya hanya dipeluk karena kewajiban, bukan karena hasrat.

Malam-malam belakangan ini Karina sering gelisah. Karina mulai mencatat hal-hal kecil yang menurutnya janggal: waktu mandi Rangga yang lebih lama, wangi parfum baru yang tak pernah mereka beli bersama, nada dering yang berubah diam-diam.

Suatu malam, Karina melihat Rangga berkirim pesan lewat ponsel. Rangga tersenyum kecil saat membaca pesan. Karina merasa dadanya mengeras. Karina menahan diri untuk tidak bertanya, tidak mengintip. Namun, benih kecurigaan sudah tertanam. Rasa tidak aman itu kini bertumbuh menjadi kegelisahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline