Lihat ke Halaman Asli

Hutan Pinus di Negeri Berselimut Awan

Diperbarui: 28 November 2018   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Yang sudah pernah mengunjungi Tana Toraja akan mengakui bahwa selain udara yang dingin, panorama hijau yang menyegarkan mata dan barisan rumah Tongkonan yang bisa disaksikan dari dalam kendaraan sepanjang perjalanan menuju Tana Toraja yang dimulai ketika memasuki tepi Rantepao, maka keindahan alamnya karena kontur tanahnya yang berbukit-bukit adalah yang memikat hati para wisatawan.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Tana Toraja adalah 2,5 -- 3 jam menggunakan mobil, jika perjalanan dimulai dari kota Palopo. Sepuluh menit meninggalkan Palopo, jalanan perlahan menanjak naik dan berbelok-belok. 

Setelah 20 menit, akan mulai menyaksikan lembah-lembah hijau. Lembah hijau yang memanjang dengan kontur tanah berbukit-bukit hingga di kejauhan kami sesaat menyaksikan laut, yang kemudian diikuti pemandangan lembah hijau lainnya. Namun, dalam perjalanan menuju Toraja, kebanyakan lembah terlihat di sisi kanan kendaraan.

Dokpri

Dokpri

Semakin menanjak jalan yang kami lalui, udara terasa semakin dingin. Cardigan abu-abu yang kukenakan dan syal jingga kehijauan di leher tidak sanggup mengurangi rasa dingin yang datang menyergap. Posisi kami semakin tinggi dari permukaan air laut.

Dari bukit-bukit di sisi kiri, aku melihat di beberapa tempat ada sumber air kecil yang memancar keluar dengan deras. Tampak seperti air terjun berukuran mini. Karena udara semakin dingin, keinginan kami hendak ke toilet pun semakin besar. Ada beberapa toilet sederhana berada di pinggir jalan sepanjang Palopo-Rantepao. 

Dalam perjalanan kembali dari Toraja menuju Palopo, kami ada kesempatan berhenti dan beristirahat sesaat, aku menuju toilet kecil darurat yang ada. Toilet tersebut darurat karena empat dindingnya hanya menggunakan kain terpal sederhana dan tanpa atap. Toilet tersebut berhadapan langsung dengan jurang. Jurang yang tak nampak dasarnya. Dan airnya sangat dingin. Seolah-olah telah direndam es yang sangat banyak sepanjang malam. Dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang.

Dokpri

Dokpri

Di bukit-bukit tersebut banyak tumbuh pohon-pohon tinggi. Yang pada ketinggian tertentu, pada bagian dedaunan pohon-pohon tersebut diselimuti kabut. Semakin lama, kabut yang menyelimuti dedaunan tersebut makin tebal bahkan menutupi daun-daun tersebut. Sehingga yang tampak adalah pohon dengan daun berwarna putih serupa kapas.

Dokpri

Setelah beberapa waktu, mobil bergerak menurun. Udara tetap terasa dingin dan mulai tercium aroma segar. Lalu tampaklah pohon-pohon tinggi yang tumbuh dari dasar jurang. Pohon-pohon tersebut tinggi menjulang mengatasi jurang dan tampak dengan angkuh berdiri. Pohon-pohon pinus. Hutan pinus. Indah bukan buatan. Indah yang menerbitkan senyum dan hangat di hati.  Sesaat aku sempat melihat adalah plang yang bertuliskan hutan lindung.

Dokpri

Rumah Tongkonan di latar belakang. Dokpri

Cepatnya laju mobil, nyaris tidak menyisakan pemandangan yang bisa dibekukan dalam bentuk potret.

Semoga punya kesempatan lagi menikmati hutan pinus di negeri berselimutkan awan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline