Berdasarkan tiga data resmi BKPM (berdasarkan sektor, lokasi, dan negara asal), total realisasi investasi asing langsung (FDI) Indonesia pada 2023 mencapai sekitar US$50,27 miliar, sementara periode Januari--Juni 2024 telah membukukan US$28,17 miliar. Angka ini konsisten di seluruh basis data, menegaskan tren pertumbuhan jangka panjang meski tetap disertai fluktuasi jangka pendek.
Jika ditinjau dari sektor, pola pergeseran terlihat jelas. Sektor primer (pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan) yang semula dominan mengalami penurunan kontribusi relatif, meskipun pertambangan tetap penting dengan nilai miliaran dolar. Sebaliknya, sektor sekunder (industri manufaktur) melonjak signifikan, khususnya industri logam dasar yang ditopang kebijakan hilirisasi mineral strategis seperti nikel dan bauksit. Industri kimia, farmasi, serta makanan dan otomotif juga menunjukkan peningkatan tajam. Adapun sektor tersier (jasa) tumbuh stabil dengan pilar transportasi, pergudangan, telekomunikasi, dan energi terbarukan.
Dari sisi lokasi, Pulau Jawa tetap menjadi episentrum FDI, menyerap hampir separuh total nasional berkat basis manufaktur dan jasa di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Namun, desentralisasi investasi semakin nyata: Sulawesi melonjak lewat proyek smelter nikel Morowali; Kalimantan menarik investasi pada hilirisasi tambang dan mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); sementara Maluku Utara bahkan masuk jajaran penyumbang terbesar nasional pada 2023 dengan hampir US$5 miliar berkat investasi smelter nikel. Sumatera konsisten di posisi kedua, ditopang perkebunan dan migas, sementara Bali--NTB lebih dominan pada pariwisata dan energi.
Berdasarkan negara asal, data menunjukkan konsentrasi kuat dari Asia yang menyumbang lebih dari 80 persen FDI Indonesia. Singapura, Tiongkok, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan masuk dalam lima besar penyumbang utama, dengan porsi gabungan mencapai sekitar 75 persen dari total. Hal ini menegaskan kedekatan geografis, integrasi rantai pasok regional, serta peran strategis mitra Asia Timur dan Tenggara dalam arus modal ke Indonesia.
Dengan angka-angka tersebut, gambaran FDI Indonesia jelas: totalnya tumbuh signifikan, struktur investasinya bergeser ke industri bernilai tambah, penyebarannya mulai bergeser ke luar Jawa, dan sumber modal tetap terkonsentrasi pada mitra regional Asia. Meski demikian, tantangan klasik---regulasi tumpang tindih, birokrasi, dan infrastruktur---masih menjadi penghambat yang harus dibenahi agar tren positif ini berlanjut sekaligus lebih merata di seluruh wilayah dan sektor.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI