Lihat ke Halaman Asli

Modernisasi Pertanian: Jalan Indonesia Menuju Pangan Berkelanjutan

Diperbarui: 3 Oktober 2025   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sektor pertanian di Indonesia berada di persimpangan jalan antara tradisi dan modernitas. Sebagai negara agraris, pertanian tetap menjadi penopang utama kebutuhan pangan bagi lebih dari 270 juta penduduk. Namun, tantangan seperti penyusutan lahan, perubahan iklim, dan regenerasi petani yang rendah menuntut adanya solusi disruptif. Memasuki era Revolusi Industri 4.0, digitalisasi pertanian atau Pertanian Digital (termasuk Smart Farming dan Precision Farming) muncul sebagai jawaban. Inovasi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya tarik sektor ini bagi generasi muda (BPS, 2023; World Bank, 2022). Artikel ini akan mengulas berbagai inovasi dalam pertanian modern di Indonesia dan tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Perkembangan pertanian telah melalui beberapa fase revolusi. Revolusi Hijau pada tahun 1970-an berfokus pada intensifikasi penggunaan benih unggul, irigasi, dan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen. Sementara itu, Pertanian Digital adalah evolusi selanjutnya yang berfokus pada presisi dan efisiensi berbasis data.

Latar Belakang Historis: Praktik pertanian di Indonesia secara historis bersifat padat karya dan sangat bergantung pada kondisi alam. Masa kolonial menanamkan sistem komoditas ekspor. Pasca-kemerdekaan, fokus pada swasembada beras melalui Revolusi Hijau berhasil, tetapi meninggalkan isu keberlanjutan lingkungan (Hermanto, 2018).

Peran Teknologi: Transisi ke Pertanian Digital didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya (lahan dan air) dan meningkatkan daya saing global. Pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things (IoT), sensor, dan data besar (Big Data) memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan real-time di tingkat usaha tani (FAO, 2021).

Berbagai inovasi telah diterapkan untuk memodernisasi sektor pertanian, di antaranya:

Pertanian Presisi (Precision Farming): Penggunaan sensor tanah, drone untuk pemetaan dan penyemprotan, serta sistem informasi geografis (SIG) untuk memantau kondisi spesifik lahan. Tujuannya adalah memberikan perlakuan (pupuk, air, pestisida) tepat dosis, tepat waktu, dan tepat lokasi (Conway, 2019).

Smart Greenhouse dan Hidroponik/Akuaponik: Sistem budidaya tertutup yang dikendalikan secara otomatis (suhu, kelembaban, nutrisi) melalui IoT, memungkinkan produksi sepanjang tahun di lahan terbatas (terutama di perkotaan/daerah padat penduduk) dengan efisiensi air yang tinggi (Susanto, 2017).

Mekanisasi dan Robotika: Penggunaan traktor, combine harvester, dan robot pemanen/penyemprot yang terintegrasi dengan GPS untuk meningkatkan kecepatan dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual yang semakin langka (Hermanto, 2018).

Platform Digital dan E-Commerce Pertanian: Aplikasi mobile yang menghubungkan petani langsung dengan pasar, menyediakan informasi harga, cuaca, panduan budidaya, hingga akses permodalan dan asuransi. Contohnya aplikasi untuk penjualan hasil panen, atau sistem traceability produk (World Bank, 2022).

Bioteknologi dan Varietas Unggul Digital: Pengembangan varietas tanaman tahan hama, penyakit, dan perubahan iklim yang dipercepat dengan analisis big data dan pemuliaan presisi, termasuk benih padi dan hortikultura (Conway, 2019).

Meskipun potensi inovasi sangat besar, adopsi Pertanian Digital di Indonesia masih menghadapi hambatan serius:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline