Salju mungkin tak pernah turun di Indonesia, tetapi lewat imajinasi dan kreativitas, anak-anak bisa merasakan keindahan dan keajaibannya. Melalui modul ajar bertema Fenomena Alam: Salju, proses belajar di PAUD menjadi lebih hidup, menyenangkan, dan bermakna.
Modul ini dirancang untuk mengenalkan anak pada konsep fenomena alam yang jarang mereka temui, seperti bagaimana salju terbentuk dan apa yang terjadi ketika suhu dingin mengubah air menjadi es. Dalam pelaksanaannya, anak-anak diajak bermain sambil belajar — membuat salju buatan, bernyanyi dengan tepuk salju, hingga bereksperimen dengan perubahan wujud benda.
“Anak-anak sangat antusias dan penasaran. Mereka belajar sains dengan cara yang sederhana tapi menyenangkan,” ujar Kepala TK Islam Al Mahira, yang menerima dan mencoba modul ini di sekolahnya.
(Foto penyerahan modul fenomena alam salju (sumber: dokumentasi pribadi))
Ia menambahkan, kegiatan ini bukan hanya mengajarkan konsep sains, tetapi juga membangun karakter anak. “Anak-anak belajar bekerja sama, sabar, dan saling berbagi selama prosesnya. Pembelajaran seperti ini bisa jadi inspirasi guru untuk menghadirkan kegiatan baru yang lebih kontekstual.”
Sebagai penyusun modul, Nafsa Caesbania Purwanto, mahasiswa PGPAUD Universitas Negeri Semarang, menjelaskan bahwa ide ini lahir dari keinginan untuk membawa fenomena alam yang jauh menjadi dekat bagi anak.
“Saya ingin anak-anak tahu bahwa dunia ini luas dan penuh keajaiban. Walaupun belum pernah melihat salju secara langsung, mereka bisa belajar dan membayangkannya dengan cara yang menyenangkan,” ujar Nafsa.
Modul Fenomena Alam: Salju disusun dengan memperhatikan enam aspek perkembangan anak usia dini — nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Setiap kegiatan saling terhubung dan membantu anak memahami alam dari berbagai sisi, tanpa merasa sedang “belajar” secara formal.
Melalui pengalaman ini, anak-anak diajak untuk lebih peka terhadap lingkungan, menghargai ciptaan Tuhan, dan menumbuhkan rasa ingin tahu sejak dini. Dari butiran “salju” yang mereka bentuk, anak-anak belajar bahwa sains bukan hanya tentang percobaan, tetapi juga tentang menemukan keindahan di setiap hal kecil di sekitar mereka.
Ditulis oleh