Lihat ke Halaman Asli

nabila zahra

mahasiswa

Strategi Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengan Melalui Penerapan 3M+ Di Lingkungan Pemukiman

Diperbarui: 29 Juni 2025   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Latar Belakang 

Kebersihan lingkungan merupakan suatu kondisi dan situsi dimana tempat yang baik-baik saja tidak tercemar dari kotoran dan elok di pandang yang tidak mencemarkan beberapa penyakit. Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran yang dimana suatu pemeliharaan berarti perbuatan yang menjaga, merawat, menyelamatkan dan terhindar dari bahaya. Sehinga kebersihan itu adalah kondisi yang bersih dan tidak kotor. Perilaku masyarakat yang mengakibatkan lingkungan taman menjadi tercemar dikarenakan banyaknya tumpukan sampah dan menyebabkan selokan aliran tersumbat, jadi seketika hujan turun dengan lebat volume air pun terus meningkat dan mengakibatkan banjir kecil, dan juga danau pun menjadi tidak sehat dan berubah warna pada kolam danau menjadi keruh yang bisa menimbulkan aroma kurang mengenakan itu salah satu bukti air sudah tercemar dan kurang enak dipandang. Pentingnya peduli lingkungan agar masyarakat menjadi hidup sehat nyaman sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan secara normal dan merasa nyaman untuk beraktivitas maka sebaliknya jika tempatnya kotor dan banyak penumpukan sampah sehingga masyarakat merasa tidak nyaman (Saputra & Azizah, 2023).  Kondisi lingkungan yang kurang baik karena perilaku yang kurang baik dapat sangat berdampak pada kesehatan yang dimiliki oleh penghuninya. Perlunya pengetahuan yang baik tentang kesehatan diri dan lingkungan sehingga masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Memelihara lingkungan sekitar dan melakukan penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah cara untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat serta dapat menurunkan angka kejadian DBD saat ini (Rastika Dewi et al., 2022).

PEMBAHASAN

Menurut data WHO tahun 2020, kasus DBD menjadi salah satu penyakit yang paling umum dijumpai hampir di seluruh negara tropis dan subtropis (Demam et al., 2024), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit tropis yang menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama di wilayah beriklim tropis. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Tahun 2024, di Indonesia terdapat peningkatan signifikan jumlah kasus DBD dengan total 60.296 kasus dan 455 kematian (Suhartati et al., n.d.). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang muncul dalam waktu relatif singkat yang sangat berbahaya dan mematikan (Hidayah et al., 2021). DBD merupakan infeksi akut yang ditandai oleh demam yang berlangsung selama 2-7 hari, disertai dengan gejala perdarahan, penurunan trombosit, dan peningkatan hematokrit yang disebabkan oleh kebocoran plasma (seperti peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia (Demam et al., 2024). Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue ke manusia. Vektor penyebar virus dengue yaitu Aedes aegypty dan aedes albopictus (Hidayah et al., 2021). Virus Dengue ini menyebabkan berbagai bentuk penyakit seperti Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Virus ini termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) dengan empat jenis serotipe utama: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4 (Demam et al., 2024). Kasus DBD yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypty yang membawa virus dengue berkembang biak pada barang bekas yang dapat menampung air. Faktor munculnya kasus DBD di lingkungan karena kurangnya kebersihan tempat tinggal meliputi kamar mandi terutama bak mandi, saluran dan talang air yang rusak, limbah atau sampah yang kurang mendapat perhatian dari pemilik tempat tinggal yang menjadi akibat munculnya kerumunan nyamuk di tempat lembap sehingga menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk (Hidayah et al., 2021). Sanitasi lingkungan yang buruk, seperti adanya genangan air dan tempat-tempat penampungan air yang tidak tertutup, secara signifikan meningkatkan risiko perkembangan larva nyamuk Aedes aegypti (Suhartati et al., n.d.).  

Penyebab tingginya angka kasus DBD melibatkan beberapa faktor risiko, termasuk lingkungan yang masih memungkinkan untuk tempat perindukan nyamuk Aedes, serta pemahaman masyarakat yang terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur) (Demam et al., 2024). Program 3M Plus, yang merupakan singkatan dari menguras, menutup, dan menggunakan kembali adalah salah satu langkah yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menghentikan penyebaran demam berdarah. Membersihkan dan mengosongkan wadah penyimpanan air, termasuk kendi, bak mandi, tangki air, dan wadah lainnya, dikenal sebagai menguras. Untuk mencegah nyamuk menggunakan wadah penyimpanan air sebagai tempat berkembang biak, maka wadah tersebut harus ditutup rapat. Di sisi lain, menggunakan kembali berarti menggunakan kembali benda-benda lama yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Di antara manfaat program ini adalah penggunaan obat anti nyamuk dan aplikasi larvasida pada wadah air yang sulit dikosongkan (Suhartati et al., n.d.). Metode 3M plus merupakan metode yang digalakkan kembali kepada masyarakat karena memang sebenarnya metode ini merupakan metode wajib dalam setiap sosialisasi pencegahan DBD. 3M+ merupakan tiga langkah pencegahan DBD yang dilakukan dengan Menguras, Menutup, Mengubur dan ditambah menghindari dari gigitan nyamuk (Mencegah et al., 2024).

  • Menguras merupakan tindakan menguras seluruh penampuangan air yang dimiliki oleh masyarakat di lingkungan rumahnya karena memang genangan air akan memperbesar peluang berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypty. Dengan rajin menguras, telur-telur nyamuk yang ada di permukaan air akan hilang dan tidak jadi tumbuh menjadi nyamuk. Tindakan ini merupakan tindakan awal dari pemberantasan jentik-jentik nyamuk.
  • Kemudian menutup merupakan tahap lanjutan dari menguras. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa media air merupakan media perkembangbiakan dari nyamuk sehingga ketika masyarakat menutup tempat tempat air seperti bak mandi, tandon air, ataupun ember-ember penampungan air, nyamuk tidak akan memiliki tempat berkembang biak lagi sehingga tidak akan dijadikan sarang nyamuk.
  • Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air, seperti kaleng, botol, ban bekas, atau wadah plastik, yang sering kali menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Sampah atau barang bekas yang tidak dibuang dengan benar dapat mengumpulkan air hujan, sehingga menciptakan genangan yang cocok bagi nyamuk.

Tindakan tambahan (Plus) yang dapat dilakukan untuk memperkuat upaya pencegahan DBD, antara lain:

  • Menggunakan kelambu atau kawat nyamuk pada jendela dan pintu untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
  • Memakai lotion anti-nyamuk atau obat nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk.
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti lavender, serai, atau zodia di sekitar rumah.
  • Menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, seperti selokan atau kolam, agar larva nyamuk tidak berkembang menjadi dewasa.
  • Memelihara ikan pemakan jentik, seperti ikan cupang atau ikan nila, di kolam atau bak air yang tidak bisa dikuras secara rutin.
  • Fogging atau pengasapan di area yang banyak nyamuk dewasa, namun ini biasanya dilakukan oleh dinas kesehatan setempat dan bukan langkah yang dianjurkan untuk dilakukan sendiri (Mencegah et al., 2024).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline