Lihat ke Halaman Asli

Lala_mynotetrip

TERVERIFIKASI

Terus berupaya menjadi diri sendiri

Kalau Ada Anak Magang Jangan Lupa Ditanya

Diperbarui: 31 Agustus 2025   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi magang, mahasiswa magang di perusaahaan.(SHUTTERSTOCK/FIZKES via kompas.com)

Sebuah ritel menjadi tempat bekerja pertama. Mendidik saya sedemikian rupa, salah satunya kepekaan terhadap sesama. Saat itu divisi saya kedatangan beberapa orang anak magang.

Dua anak magang perempuan cukup akrab dengan saya bahkan yang satu jadi bestie, naik gunung bareng dan Travelling bareng. Namun, ada satu anak magang lelaki yang saya perhatikan lemas serta di jam istirahat sering diam di area gudang.

Setengah ragu, saya bertanya "kenapa tiap istirahat kamu kok di gudang terus? Nggak makan?" Tanya saya hati-hati. Takut ia tersinggung atau merasa diintrogasi. "Memang nggak makan, kak" Ujarnya dengan senyum khas anak-anak remaja. Deg, saya merasakan ini kalimat perlu di gali lagi.

Saya pun bertanya dengan semakin hati-hati. Terkuak sudah, ongkos menuju tempat magang lumayan mahal. Ekonomi orangtuanya pas-pasan. Sehingga nggak kasih ia bekal mumpuni buat beli makan siang. 

Saya mendengarkan sambil menahan tangis. Mencoba memposisikan diri saya di posisi anak magang. Aduh perih banget, magangnya lumayan lama dan harus nahan lapar dengan nggak makan siang.

Lantas saya bergegas ajak ia ke kantin. Saya tawarkan ia mau makan apa. Faktanya ia tak berani mengambil makanan yang wah, seadanya banget. Ini bentuk ia sangat tahu diri sekali. Setelah ia beres makan dan saya menghampiri senior.

Saya utarakan kegelisahan dan hal yang saya temukan. Senior sepakat buat patungan. Jadi setiap hari kami akan membelikan anak magang makan siang sederhana di kantin tempat kami bekerja. 

Satu persoalan bisa teratasi. Saya bersyukur punya seorang senior perempuan yang bijaksana dan berhati baik. Berkat keputusannya, saya bisa bantu satu anak magang. 

Bukan saya sok pahlawan atau Riya ya. Ini terkait hati nurani seorang manusia, seorang perempuan yang juga punya adik. Seorang manusia yang pernah tau rasanya lapar dan tak punya makanan. 

Sejak saat itu, saya selalu ketitipan anak magang. Bahkan saat masuk ke perkantoran saya dapat dua anak magang. Syukurnya saat itu keduanya lumayan mapan tak ada kendala terkait bekal makan siang ataupun ongkos pulang-pergi magang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline