Dalam Islam, dakwah bukan sekadar aktivitas menyampaikan ajaran, tetapi juga mengandung nilai moral dan tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh isi pesan dan metode yang digunakan, tetapi juga sangat bergantung pada etika dan etos dakwah yang melekat pada diri seorang dai. Etika berkaitan dengan sikap dan perilaku yang harus dijaga, sedangkan etos menyangkut semangat, dedikasi, dan komitmen dalam menjalankan tugas dakwah.
Etika Dakwah
Etika dakwah merujuk pada norma-norma moral dan akhlak yang harus dimiliki dan dijaga oleh seorang dai dalam menyampaikan ajaran Islam. Beberapa prinsip etika dakwah antara lain:
Ikhlas karena Allah
Dakwah harus dilakukan dengan niat tulus semata-mata untuk mengharap ridha Allah, bukan untuk mencari popularitas, pujian, atau keuntungan duniawi. Keikhlasan menjadi fondasi utama yang membedakan dakwah sebagai ibadah, bukan sekadar aktivitas sosial.
Lemah Lembut dan Sopan
Seorang dai dituntut bersikap lembut, tidak kasar, dan tidak menghina. Dalam QS. Al-Imran: 159, Allah menegaskan bahwa Rasulullah SAW berhasil menyentuh hati umatnya karena kelembutan akhlaknya. Sikap kasar hanya akan menjauhkan orang dari dakwah.
Jujur dan Amanah
Kejujuran dan dapat dipercaya adalah sifat wajib bagi dai. Ketika dai menyampaikan kebenaran, ia harus menjadi representasi dari nilai-nilai yang ia ajarkan, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Menghormati Perbedaan
Dalam masyarakat yang majemuk, dai harus bisa menjaga sikap toleran terhadap perbedaan pendapat dan keyakinan. Etika dakwah menuntut sikap adil, tidak provokatif, dan menghindari konflik horizontal.