Lihat ke Halaman Asli

Nurul Mutiara R A

Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Sound of Borobudur: Ketika Musik Menghubungkan Manusia dan Dunia

Diperbarui: 8 Juli 2021   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri

Bagi mereka yang awam dengan dunia permusikan, musik mungkin hanya berfungsi sebagai hiburan lintas waktu yang bisa disetel kapan saja menggunakan platform berbayar atau gratisan. Tapi lebih dari itu, musik sebenarnya memiliki fungsi lain yang cukup penting. Yakni sebagai alat komunikasi, penghubung antara manusia dan dunia.

***

Hari itu Pekalongan masih gerimis tatkala sebuah notifikasi dari whatsapp berdenting. Sebuah chat dari seorang kawan satu komunitas terlihat menyembul di bagian atas ponsel. Tertulis Mba Agustina. Mba Agustina ini mengirimkan kabar bahwa saya menjadi salah satu dari 10 pemenang blog competition “Sound of Borobudur” yang diselenggarakan 17 April-16 Mei 2021 lalu.

Bahagia? Jelas. Bagi saya yang sudah lama “ngendon” di rumah akibat menghindari penularan Korona, tentu merasa begitu sumringah. Setidaknya saya tahu bahwa nanti, kaki dan tubuh ini akan diajak untuk bergerak, menikmati area Borobudur dan segala hal yang menaunginya pada tanggal 23-27 Juni 2021.

Lebih dari itu, sebenarnya ada hal yang lebih saya idamkan dan menjangkau relung pikiran paling dalam. Saya berkesempatan mengikuti konferensi internasional Sound of Borobudur di Magelang. Sebuah event yang tentu saja tak terjadi setiap hari dan jarang ditemukan. Darinya, akan banyak pengalaman baru yang bisa diunduh dan diceritakan dalam bentuk tulisan.

Dengan semangat membara, saya persiapkan semuanya mulai dari pakaian, printilan menginap dan sebuah koper warna hitam ukuran 24 inci yang siap menemani saya bertualang selama 5 hari. Wahai koper traveling, siapkah kamu menemani saya menjejak? Dia menggangguk.

***

International Conference Sound of Borobudur

Alat-alat musik itu mulanya terukir membisu pada relief-relief Candi Borobudur. Tak ada yang peduli dan tak ada yang  mencari tahu alasan mereka bisa berada di sana.

Sumber gambar : Youtube Bumi Borobudur

Biasanya, pengunjung yang hadir hanya sekelebat berhenti, memainkan jepretan ponselnya sambil sesekali bilang 'Cheers'. Lekas itu, mereka pergi, bergegas mencari spot baru yang bisa dijadikan postingan ciamik di media sosial. Lantas, apakah itu hal salah? Tentu saja tidak, Sayang!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline