Perjalanan kehidupan tak seorangpun tau apa yang akan terjadi, seakan semua hilang begitu saja, pepatah lama kini hanya sebuah harapan saja. Sebab, kini harapan tidak lagi seindah mimpi remaja utara. Pada musim semi alam akn bercerita tentang keindahannya di setiap cahaya pagi yang membuka ruang gelap gulita peninggalan malam, daun hijau yang sejuk terus terpancar menempiaskan cahaya dari timur ke utara. Pohon madu, hutan tropis dan sungai yang asik dengan Irama arus yang mengajak segenap kehidupan air untuk menari dalam sejuknya muara Utara dibawah kaki gunung Rian yang memercikkan butiran airnya membasahi dedauann pohon-pohon hutan tropis yang memperindah lekuk tubuhnya di sepanjang garis khatulistiwa.
Pasti banyak sudah cerita yang pernah kalian dengar tentang keindahan alam di sisi barat, timur dan selatan, yang menceritakan sejuta keindahannya, tapi, kalian juga harus tau dong, keindahan alam di utara, tempat satwa klaimantan berkembang biak, kala kita berada di utara, dihutan tropisnya kita akan menemukan beragam satwa liar baik yang dilindungi maupun yang tidak lindung, seperti, bekantan si monyet hidung panjang yang selalu mengarung pesisir sungai di selurh wilayah Utara kalimnatan, si beruang madu yang berlari kencang ketika berjumpa dengan manusia, dan sesekali kita menjumpainya memanjakanlebah hutan di pohon mengeris tempat sang ratu lebah mendirikan istananya. Si rambut merah yang selalu bergelantungan di sepanjang jalur sungai diantara pohon-pohon dan mangrove seakan menyapa pada setiap yang lewat menyusuri sungai diutara.
Belum lagi si kulit tebal yang sekarang sudah mulai jarang ditemuan di bibir sungai, pasti dong kalian tau siapa dia. Hewan ini merupakan penguasa muara, dia sering bertengker diantara batang dan pohon nipa menunggu mangsanya untuk dilahap. Saying belakangan ini Buaya Muara sudah jarang menampakkan dirinya dia lebih banyak bermigrasi kedaerah lain yang jauh dari kehidupan tangan-tangan besi. Di utara juga kita kan banyak menemukan jenis ikan yang mungkin tidak pernah kalian temukan di daerah lain, seperti Ikan Pesut yang sudah mulai mengalami kepunahan, kini jumlah ikan Pesut atau Lumba-lumba air tawar ini mulai jarang menampakkan dirinya di punggung sungai Sesayap, menurut data yang ada di Badan Taman Nasional Kayan Mentarang mengalami kepunahan. Dimana pada yahun 2008-2009 ditemukan habitat ikan pesut sekitar 30 ekor yang mendiami sungai Sesayap, namun, saying seribu saying kini habitat ini mulai berkurang seiring terjadinya perusakan ekosistem air sungai.
Bukan hanya itu saja, selain hewani dan binatang mamalia yang menghidupi sudut utara ini, disepanjang sungai kita akan menemukan rumah yang terapung di atas aliran sungai, dimana tempat ini bisanya diguakan untuk menangkap ikan atau udang di utara bagian ini disebut tugu. Selain tugu kita juga akan dimanjakan oleh pemandangan yang indah menghiasi sungai, salah satu alat tangkap ikan yang sudah ada sejak legenda di utara ini dimulai yaitu kelong. Yang terbuat dari tiang kayu di tancapkan di sepanjang bibir sungai dimana kianggap memiliki banyak habitat udang dan ikan. Dulu kelong ini di buat dari akar kayu dan rotan serta bamboo, kita dengan berkembangnya teknologi dan kemahir manusia para pengrajin kelong beralih kejaring atau pukat untuk bahan dasar perangkap ikannya.
Di Utara tempatn aku berdiam terbagi menjadi dua kehidupan atau wilayah, salah satunya yaitu kehidupan di tepi sungai yang mayoritas didiam oleh salah satu suku yaitu Suku Tidung sedangkan suku yang mendiami hutan yaitu sku Dayak. Berdasarkan tempat tinggal ini juga yang membedakan dua suku ini, dimana mayoritas suku yang berdomisili di tepi sungai beragama islam dan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan petani, sdangkan suku dayak yang mendiami hutan beragama nasrani dan pekerjaan mereka sebagai pemburu hewan dan bertani. Disanalah rumahku berada, sebuah tempat yang terpencil dari keramaian warga, dimana semuanya indah dan nyaman, setiap pagi menjemput kehangatan dan kemerduan suara pepohonan dan burung-burung yang berkicau dengan lagu-lagu kebanggaannya, seakan mengambarkan kehidupan surge di dunia ini. Udara yang sejuk akan terasa di bawah telapak kaki ketika kita melangkahkan kaki di antara ranting dan pohon-pohon yang tumbang akibat terpaan angin.
Belum lagi, kita akan dimanjakan oleh pohon-pohon hutan tropis yang sejuk dan menyimpan sejuta manfaat. Pada musimnya pohon-pohon di utara ini akan menyediakan berbagai jenis buah yang mungkin dan bahkan tidak dimiliki oleh wilayah lain. Seperti pohon elai, dian, rambai, cempedak, buah Lapiu, dan masih banyak lagi buah yang disediakan di Utara ini. Pada musim kemarau kita akan di hadapkan pada pembukaan hutan tempat berladang, berburu dan memanen madu hutan. Inilah rumahku yang sesungguhnya, tempat kami beradu nasib dan tempat kami mengantungkan asap dapur masayarakat kami. Seakan hampa kehidupan dan kedaiman kami di Utara ini kala semuanya harus di ramaps oleh mereka yang tak bertanggungjawab. Di utara tempatku berdiam ini menyimpan sejuta mimpi dan sejuta harapan anak-anak pencinta sungai dan hutan. Mengharapak kehidupan asri ini terus terjaga oleh waktu di kehidupan akan datang. Sebab kelak kita akan mersakan sepi yang tiada putusnya kala suar burung dan memercik air sungai yang mulai pudar di teliga kita.
Selain kehidupan alam, diutara ini rumah-rumah yang didiami oleh suku-sukunya memiliki keunikan tersendiri. Pada masa lampau, rumah di utara ini dibuat atau didrikan tinggi dari dasar tana, konon untuk menghindari binatang buas, sedangkan pada sisi lainnya di tengah hutan rumah suku dayak ini dibuat dengan bentuk memanjang dan diberi nama rumah panjang. Rumah panjang ini memilki keunikan dimana atapnya selain tebuat dari kulit kayu dan daun nipah, juga dapat diangkat sehingga menjadi pentilasi udara atau jendela. Seiring waktu dan perubahan kini rumah panjang atau sekarang disebut rumah adat dayak ini mengalami perubahan pembuatan dan pemanfaatan, dulu rumah ini merupakan tempat tinggal sebuah keluarga kini rumah panjang hanya diguankan untuk kegiatan adat saja dan bahan yang digunakan untuk atap juga mengalami perubahan dengan menggunakan seng.
Diutara inilah kehidupan kami dimulai dan tempat kami beradu nasib berdiam dan berkembang biak dengan segala senyuman alam. Bukan itu saja di utara pula awal sejarah kehidupan nenek moyang kami di mulai. Berbagai cerita sejarah baik dogeng pembawa timur samapai kisash-kisah yang turun temurun di tuturkan oleh tetua kami. Seakan kami kembali dimasa lalu, apabila kami diceritan tentang kisah dan perjuangan nenek moyang kami, seperti kisah Yaki Bentawal, yang menceritakn kesaktian seorang pendekar dan pohon kehidupan yang konon dahulu jika ingin menjadi awet muda dan umur panjang cukup dengan mandir dibawah pohon kehidupan yang ada di kampong menjelutung di antara sungai sesayap, namunkarena kesombongan dan rasa iri serta tidak bersyukurnya masa iotu akhirnya kampong ini ditenggelamkan dan tersebarlah cerita tentang putri benayuk dan kampong tengelam di dasar Sungai Sesayap.
Bukan itu saja jika kita bergeser di utara lagi ada kisah tentang telur pecah dan bamboo yang merupakan asal muasal masyarakat Tidung di utara ini. Lain lagi jika berbicara tentang panglima perang suku dayak yang terkenal namanya sampai hari yaitu, panglima Burtung dan seluruh ketenarannya. Ini bukan cerita saja yang menghiasi rumahku di Utara, karena masih banyak cerita yang tak terlihat dianatar pepohonan dan ranting patah. Belum lagi pulau-pulau yang membentang di antara gusung dan muara. Menambah keindahan alam di kediamanku. Jika kita lebih kedalam hutan lagi kita akan menjumpai keberkahan lainnya seperti kayu bajaka, bunga angrek hutan, gadis cantik Rafflesia, dan kumtum-kumtun kelopak bunga hutan lainnya yang menambah keindahan warga hutan tropis di utara.
Inilah alamku yang ada diutara. Tersimpan sejuta kemakmuran dan keindahan, kalau kita mengali lebih dalam lagi tentang hutan di Utara, kita akan dihadapkan pada Sumber Daya Alam yang ttidak kalah berharganya dengan wilayah di Selatan, barat dan Timur. Diantaranya Batu bara atau yang sering disebut Emas Hitam ini sudah sangat terkenal di manca Negara apalagi di Negara kita sendiri. Minyak Bumi yang menjadi penunjang ekonomi Masa perang dunia ke-II, emas murni di antara gunung-gunung seakan memanggil-manggil penghuni hutan untuk emnjaganya sebab ia mulai ditemukan kaum-kaum serakah. Aku bukan maksud mencela apalagi menceritakan keburukan, hanya saja kami semakin terpuruk diantara hutan tropis ini. Yang setiap harinya semakin terkuras oleh mereka.