Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Iwan

Pelajar Seumur Hidup

Kang Dadang dan Neng Sari

Diperbarui: 9 Desember 2016   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: Malesbanget.com"][/caption]Terik siang mulai beranjak, Kang Dadang sedang menghitung pendapatannya untuk hari itu, ketika sebuah mobil sedan hitam berhenti persis di sisi gerobak sepeda rotinya. Seorang wanita berhijab ungu berkacamata hitam turun dari pintu depan sebelah kiri mobil sedan hitam itu. Senyum ramahnya seperti memberi isyarat bahagia di mata Kang Dadang.

"Kang, rotinya yang untuk dijual besok saya beli semua ya, Boleh khan?"

"Maksudnya bu?"

"Iya, sekarang saya bayar semua roti yang untuk dijual besok, tapi tolong besok akang bagi-bagikan ke peserta aksi di Monas, bisa ya?"

"Oh gitu, bisa bu, bisa!"

"Ok, jadi berapa semua rotinya kang?"

"Lima ratus ribu bu!"

"Ini kang, sisanya buat akang, jangan lupa besok jam enam sudah di Monas ya!"

"Insya Allah bu, siap, siap, terima kasih bu".

Setelah mobil sedan hitam berlalu, Kang Dadang bergegas membereskan gerobaknya. Menghitung uang pemberian wanita berkacamata hitam itu. Masya Allah, satu juta. Alhamdulillaah, gumamnya. Secepat angkot ia kayuh pedal sepeda gerobaknya. Rasanya pedal ini ringan sekali hari ini, ucapnya dalam hati. Senyumnya terus mengembang di bibirnya yang kering kehitaman.

Pukul enam kurang lima menit, Kang Dadang sudah stand by di depan gerbang masuk Monas. Ia memperhatikan sekeliling ada beberapa gerobak yang serupa dengannya, dengan tulisan yang sama di kaca gerobaknya." GRATIS UNTUK PESERTA AKSI".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline