Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Surga Loka Indonesia

Diperbarui: 1 Oktober 2019   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang bisa dirangkai dari kata kata yang patah. Setelah mata ini tak lagi mampu memandang. Bahkan telinga ini sudah enggan mendengar. Sajak sajak riuh tenggelam dalam hingar.

Apa yang bisa dirajut dari tumpukan aksara. Terserak antah barantah. Jadi puing puing ambigu. Hidup dalam barisan kata yang sia sia. Datang untuk mengemasi kemuliaan hakiki. Pergi untuk mengunjungi lara sendiri.

Dan kita tidak sedang bersenang senang menjadi perusuh. Melipat tangan. Dan kemudian menepuk dada. Bersorak riang penuh kemenangan euforia. Siapa yang kalah. Lalu siapa pemenangnya.

Tak ada.

Hanya tumpukan debu debu jalanan. Hibuk dengan keangkuhannya. Menghujani anak anak negeri dengan muatan mutan tak berakal. Menggugurkan lembaran demi lembaran sejarah tingginya cinta kami kepada negeri.

Jangan dihianati untuk sesuap nasi dan sebungkus roti. Menjadi bayang bayang para pejuang sejati. Bukan untuk menjadi seorang pendengki

Apa yang bisa kita sumbangkan untuk tanah air tercinta ini. Walau hanya sekedar berderma senyum dan menjaga kekayaan alam ini. Jangan dirusak. Jangan kau jual potensi yang ada di dalamnya. Demi kekayaan golonganmu saja. Sementara rakyat jauh dari kata makmur dan sejahtera.

Apa yang bisa kita jaga. Kita lestarikan untuk masa depan anak cucu kita. Jika semua aset kekayaan terompak. Jika semua kepercayaan tidak lagi jadi jaminan. Alam raya hanya jadi kenangan. Intan mas permata jadi cerita.

Kembalikan Indonesia ini ke tempat semula. Bestarikan kembali alamnya yang dulu tempat kita bercengkrama bersama orang orang tercinta.

#saveIndonesia


1 Oktober 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline