Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Pedih Memerih Hati

Diperbarui: 26 April 2017   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat ini

Hatiku seperti teriris oleh tajamnya sembilu. Terluka memanjang meneteskan darah yang bukan berwarna merah. Lalu ditetesi oleh perasan limau segelas penuh. Menambah pedih sampai di ruang batin yang tersembunyi. Bahkan mataku seolah membatu. Telingaku tidak bisa mendengar guntur yang sedang menggelegar di sebelahku. Hidungku membantah dalam meraih nafas sebab udara seperti membeku. Sekelilingku berubah penuh duri dan onak yang siap menelan kesendirian. Malampun sedang memandang penuh kebencian. Gelap mengeluarkan taring taringnya yang basah berkilat. Seakan aku adalah musuhnya yang terberat.

Aku guratkan sesal di sudut ruangan. Tentang sunyi yang lama mendekam tanpa makam. Aku goreskan sedihku dalam genangan tinta berwarna hitam. Hingga airmata duka tak perlu tersimpan dalam kelam. Aku ingin penyesalanku tidak terkunci dalam peti. Aku mau angin membawanya pergi hingga aku berhenti bermimpi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline