Sampang - Proses belajar di SDN Komis 1, Kecamatan Kedungdung, Sampang, berlangsung di bawah ancaman nyata. Kerusakan parah pada atap bangunan sekolah yang telah berusia puluhan tahun tidak hanya mengganggu kegiatan belajar, tetapi juga mempertaruhkan keselamatan puluhan siswa dan guru setiap harinya.
Potret Kerusakan: Dari Atap Melendut hingga Ruang Guru Bocor
Investigasi lapangan menunjukkan tingkat kerusakan yang signifikan pada dua titik vital di sekolah tersebut. Kondisi ini bukan lagi sekadar masalah estetika, melainkan sebuah sinyal bahaya struktural yang kasatmata.
Ruang Kelas 2: Atap di ruangan ini terlihat melendut atau cekung ke bawah secara jelas. Lendutan ini mengindikasikan kelemahan serius pada rangka kayu penopang yang diduga telah lapuk dimakan usia atau rayap. Struktur yang rapuh ini berisiko runtuh sewaktu-waktu, terutama saat hujan deras atau angin kencang.
Ruang Guru: Kondisinya tidak lebih baik. Sejumlah genteng tanah liat pecah dan menciptakan lubang-lubang menganga. Setiap kali hujan turun, air dengan mudah menerobos masuk, membasahi lantai, perabotan, hingga dokumen-dokumen penting administrasi sekolah.
Belajar dalam Bayang-Bayang Risiko Runtuh
Di tengah kondisi yang mengkhawatirkan, kegiatan belajar-mengajar tetap dipaksakan berjalan. Namun, rasa cemas menjadi teman sehari-hari bagi para penghuni sekolah. Seorang tenaga pendidik yang meminta anonimitas demi kenyamanan bertugas menuturkan realitas yang mereka hadapi.
"Kalau hujan deras, air langsung menetes ke papan tulis dan meja. Anak-anak harus digeser posisinya," ungkapnya.
Situasi ini memaksa para guru untuk mencari solusi darurat, seperti menutup bagian yang bocor dengan terpal atau plastik seadanya. Upaya tersebut hanya bersifat sementara dan tidak mampu mengatasi akar permasalahan, yakni rapuhnya struktur bangunan. Gedung yang seharusnya menjadi ruang paling aman untuk anak-anak justru berubah menjadi sumber kekhawatiran terbesar.
Analisis Teknis: Bukan Sekadar Tambal Sulam
Ditinjau dari perspektif teknik sipil, kerusakan yang terjadi di SDN Komis 1 telah memasuki kategori berat dan struktural. Lendutan pada atap merupakan indikator kritis bahwa daya topang rangka utama telah menurun drastis.
Seorang ahli konstruksi yang dimintai pendapat menjelaskan bahwa perbaikan parsial atau tambal sulam tidak lagi menjadi solusi efektif. "Lendutan menandakan rangka kayu sudah tidak mampu menahan beban. Sementara itu, kebocoran terus-menerus akan mempercepat pelapukan," ujarnya.
Solusi yang direkomendasikan secara teknis adalah renovasi total. Ini mencakup penggantian seluruh rangka atap, idealnya dengan material modern seperti baja ringan yang lebih tahan lama dan anti-rayap, serta pemasangan genteng baru.
Menanti Respons Pemerintah Daerah
Kondisi SDN Komis 1 memicu pertanyaan fundamental mengenai efektivitas pengawasan dan alokasi anggaran pendidikan di Kabupaten Sampang. Meskipun setiap tahun pemerintah daerah mengalokasikan dana untuk pemeliharaan dan rehabilitasi sekolah, fakta di lapangan menunjukkan masih ada lembaga pendidikan yang luput dari prioritas.