Lihat ke Halaman Asli

Maila Kamila

Mahasiswa

Review Jujur Tapi Kasar Dari Influencer Kepada UMKM: Ketika Kejujuran Menabrak Etika

Diperbarui: 31 Juli 2025   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kasus Review Jujur tapi Kasar dari Influencer kepada UMKM: Ketika Kejujuran Menabrak Etika

“Maaf ya, ini sih enggak banget rasanya standar, kemasannya jelek,... kayak bungkusan obat.”
Ungkapan tajam itu keluar dari mulut food influencer yang tengah mereview produk UMKM. Video tersebut viral, menyebabkan reputasi produk merosot, namun memicu pro-kontra mengenai batas kejujuran dan etika dalam dunia digital.

Kasus Nyata: Kontroversi Codeblu dan Tuduhan Pemerasan

Di awal Maret 2025, food vlogger William Anderson yang dikenal sebagai Codeblu menyatakan kue nastar dari sebuah UMKM berjamur. Pernyataan ini dibantah produsen, dan memancing pertanyaan terkait akurasi. Belum usai, kemudian muncul tuduhan bahwa ia meminta bayaran sekitar Rp 350 juta untuk menghapus video tersebut. Reaksi publik tidak hanya dari pelaku usaha, tetapi juga DPR melalui Komisi VI. Anggota Mufti Anam menyoroti bahwa praktik semacam itu bisa “mengguncang keberlangsungan UMKM”. Sementara itu, tokoh media Ci Mehong mendesak regulasi lebih ketat untuk melindungi UMKM dari review yang tidak adil. Fenomena ini bukan sekadar konten viral—tetapi mencerminkan ruang digital yang makin rapuh secara etika, di mana opini pribadi bisa bertransformasi menjadi vonis publik dan potensi pemerasan.

Kerangka Teoretis: Etika Komunikasi dan Filsafat Publik

Dalam teori fungsi komunikasi publik menurut Jürgen Habermas, diskursus madani menuntut komunikasi yang didasarkan pada rasionalitas, keterbukaan, dan tanpa dominasi. Namun dalam kasus ini, posisi influencer besar bisa menciptakan ketimpangan kuasa opini, bukan dialog seimbang.

Dosen Suswinda Ningsih menegaskan bahwa food vloggers dengan audiens besar sebenarnya berperan layaknya jurnalis informal, yang seharusnya merespon produk secara objektif dan etis. Menurut teori communication ethics, komunikasi harus bertanggung jawab, menghormati martabat, serta mempertimbangkan dampak sosial. Jika disampaikan tanpa sensitivitas terhadap UMKM, kritik itu bisa malah menjatuhkan secara ekonomi dan mental bukan membangun.

Dampak Psikologis & Ekonomi bagi UMKM

Banyak pelaku UMKM melaporkan penurunan pesanan signifikan dan reputasi yang runtuh usai direview negatif. Bahkan ada yang sempat “matikan usaha” karena tekanan publik. Bagi pemilik usaha, terutama yang baru dirintik kritik keras itu terasa seperti diserang di depan umum. Mereka bukan target objektif, melainkan subjek dari opini publik tanpa ruang diklarifikasi. Ini bertentangan dengan prinsip fairness dalam kebebasan berbicara.

Analisis Filosofis: Ketika Etika Bentrok dengan Kebebasan Berpendapat

Filsuf Immanuel Kant mengajarkan prinsip bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan, bukan alat semata. Jika kritik dipakai hanya untuk sensasi dan monetisasi, maka ketidakpedulian terhadap nasib UMKM adalah pelanggaran etis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline