Lihat ke Halaman Asli

M Abd Rahim

Guru/Dai

Berguru pada Pangeran Diponegoro

Diperbarui: 9 November 2022   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/diolah dengan canva.com

Berguru pada Pengeran Diponegoro

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Sebelum pulang dari magang, Radit dan teman magangku Amar, lagi-lagi menemui mas Kris untuk melobi kepala hotel. Agar besok Aku bisa pulang lebih cepat, dan bisa membantu ibuku kerja. Tapi hari pertama magang Aku pulang sesuai peraturan hotel, yakni jam 19:00, itu belum dihitung waktu perjalananku sampai rumah. Dan juga saat aku bertemu Kris, ia bilang tidak bertemu kepala hotel.

"Dit, kok baru pulang!" Kata Ibuku

"Njih Bu" Jawabku sambil membanting tas di atas tempat tidur. Suaraku tidak seperti biasanya, lebih keras dan meninggi, ibuku kaget.

"Sebenarnya kamu kenapa Dit?" Ibuku menahan suaranya, agar ia tidak marah

Ibu mendatangiku, dan mengelus pundakku. Ibu tidak marah dan tetap bersikap dingin karena sebelumnya Aku sudah cerita padanya bahwa magangku pulangnya malam, jadi tak bisa membantunya kerja.

"Dit, yang sabar ya, hidup itu penuh perjuangan. Kita sekarang hanya berjuang melawan marah, melawan nafsu, dan melawan ketidak benaran. Dulu sebelum Indonesia merdeka, para pahlawan berperang melawan penjajah. Darah dan kematian menjadi tebusannya, sepeti pangeran Diponegoro atau pahlawan kemerdekaan yang lain, mereka berjuang habis-habisan melawan penjajah Belanda."

"Injih Bu, maafin Radit!" Aku menundukkan kepala

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline