Lihat ke Halaman Asli

Luthfya Zahra Nur Afifah

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga – 24107030050

Cisini: Game Dating Lokal Gaya Pixel Art yang Ternyata Bisa Bikin Nangis Juga!

Diperbarui: 12 Juni 2025   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu interaksi dengan karakter di cisini: stories (Sumber: Tangkapan Layar Pribadi)

Aku hopeless romantic. Tipe orang yang gampang baper karena adegan film yang manis, gampang terdiam gara-gara kata-kata karakter fiksi, dan selalu punya ruang khusus di hati untuk cerita-cerita cinta yang pelan-pelan tumbuh. Tapi hidup nyata? Ya tahu sendiri --- kadang cinta nggak seindah itu. Makanya, waktu nemu game Cisini: Stories, rasanya kayak nemu tempat aman. Sebuah ruang kecil di layar HP-ku, tapi penuh dengan kesempatan untuk juga ikut merasakan dicintai dan mencintai.

Game ini dikembangkan oleh Ikan Asin Production, pengembang lokal yang berhasil menyatukan unsur budaya, karakter yang relatable, dan elemen dating sim dengan gaya pixel art yang ringan tapi bikin nagih. Mendukung game seperti Cisini: Stories bukan cuma soal main game lucu---tapi juga ikut menghidupkan industri kreatif lokal yang sebenarnya punya potensi besar yang tidak kalah dengan buatan luar negeri, asalkan kita kasih panggung.

Awalnya aku nggak berekspektasi banyak sama game ini. Karena ini game lokal, pakai visual dengan pixel art, ukuran memorinya juga ringan. Tapi ternyata justru itu yang bikin lebih mertarik --- ini bukan game luar negeri yang berat dan ribet, tapi buatan lokal dengan nuansa yang deket banget sama kita. Aku kira bakal bertahan sebentar aja buat game ini. Tapi ternyata? Aku betah berlama-lama dan malahan sampai lupa waktu main game ini.

Bukan Sekadar Dating Sim, Tapi Juga Tentang Cerita Perjuangan Hidup

Di Cisini, kamu bukan tokoh utama yang langsung sukses dan jadi rebutan. Kamu mulai dari nol. Nggak punya pekerjaan, nggak punya relasi, dan harus benar-benar bangun semuanya dari bawah. Uniknya, kamu bisa ningkatin soft skill kayak komunikasi, kecantikan, memasak, dan lainnya --- dan semua itu bakal berpengaruh ke pekerjaan yang bisa kamu ambil nantinya. Gaji kamu, peluang karirmu, semua tergantung pada sejauh mana kamu ngembangin dirimu. Dan dari situ, pelan-pelan kamu juga bisa mulai membangun hubungan dengan tokoh-tokoh cowok di game ini.

Status player (Sumber: Tangkapan Layar Pribadi)

Game ini juga sistem energi dan hari yang bikin gameplay-nya terasa makin hidup dan realistis. Setiap kali kamu melakukan aktivitas---seperti kerja, belajar, atau ngembangin skill lainnya---energi karaktermu bakal berkurang. Jadi nggak bisa tuh asal gas terus tiap hari. Kadang harus istirahat juga, atau pilih aktivitas yang bener-bener prioritas.

Sistem harinya juga nggak sembarangan. Beberapa tempat kerja atau tempat pelatihan skill akan tutup di akhir pekan, tepatnya hari Sabtu dan Minggu. Jadi, kamu harus pintar-pintar atur waktu dan bikin strategi mingguan: kapan kerja, kapan upgrade skill, kapan deketin gebetan, dan kapan butuh recharge energi.

Dibandingkan game luar negeri yang biasanya butuh storage besar dan fokus pada visual realistis atau cerita rumit, Cisini justru menampilkan visual yang sederhana secara tampilan---tapi punya kedalaman emosi yang nggak kalah kuat.

Game ini terasa lebih personal. Bukan cuma karena menggunakan bahasa Indonesia, tapi juga karena konfliknya dekat dengan realitas kita: susah cari kerja, insecure sama skill, atau deg-degan mau ngajak orang yang kita suka kencan pertama kali, serta budaya Indonesia yang sudah sering kita alami di kehidupan sehari-hari. Semua terasa lebih relatable dengan kehidupan sehari-hari yang jarang bisa aku temuin di game luar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline