Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Pak Polisi Ikut Juga Pawai Pembangunan

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13455473271514117078

[caption id="attachment_201314" align="aligncenter" width="640" caption="Pasukan Dalmas Ikut Pawai (foto: dokpri)"][/caption]

Sekali lagi, kota Tomohon menampilkan keunikkannya. Hari Sabtu (11/8), kota sejuk ini menggelar pawai pembangunan HUT Kemerdekaan RI yang ke 67. Padahal, 17 Agustus memang masih sepekan lagi.

Tanggal pelaksanaan pawai itu disatukan dengan hajatan Festival Bunga berskala internasional yang sudah start sejak 8 Agustus yang lalu. Pertimbangan lain, untuk menghormati warga muslim yang merayakan lebaran, tiga hari setelah tujuhbelasan.

Siang itu, saya menonton pawai pembangunan di sekitar panggung kehormatan yang berada di jalan bawah UKIT. “Di depan panggung kehormatan ini, semua peserta pawai akan berhenti dan bersamaan dengan itu MC akan menjelaskan peserta pawai ini berasal dari mana dan apa yang ditampilkan buat masyarakat” ungkap teman saya.

[caption id="attachment_201315" align="aligncenter" width="512" caption="Kendaraan Pawai Dihiasi Bunga"]

1345547421407287471

[/caption]

Hampir semua kendaraan pawai dihiasi dengan bunga, termasuk sepeda motor, gerobak sapi, bendi, kuda. Ya, dalam rangka festival bunga. Habiskan stok bunga di kebun petani yang belum dipetik untuk ToF kemarin.

Tulisan “HUT RI ke 67” atau “Dirgahayu Republik Indonesia ke 67” menjadi dekorasi utama setiap peserta pawai pada kendaraan yang dipakainya.

Peserta pawai dari Kelurahan Tinoor menampilkan hiasan hasil bumi pada kendaraan. Persis di muka panggung, peserta pawai ini berhenti dan membagi-bagikan hasil buminya seperti pisang, durian dan langsat. Spontan, para pejabat langsung menerimanya dan memakan buah-buah itu.

[caption id="attachment_201316" align="aligncenter" width="600" caption="Tarian Kabasaran Oleh Para Ibu (Foto: Dokpri)"]

13455475762109383885

[/caption]

Tari Kabasaran atau tari perang ikut juga pawai. Kali ini tak hanya laki-laki dewasa yang meragakan tetapi terlihat ibu-ibu dan anak-anak dengan pakain merah dan persenjataannya ikut berdemo di depan panggung. Ekspresi kegarangan dengan mimik keganasan dari sifat tarian ini pun terpancar lewat raut muka mereka.

Dari kelompok pemerintah, semua SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) turut pawai. Tampak kendaraan operasional pemadam kebakaran, penanggulangan bencana dengan seragam khasnya mempertontonkan bagaimana menghadapi situasi tanggap darurat seperti Gunung Lokon meletus.

Cuaca siang itu memang cerah. Kelancaran pawai sedikit terusik ketika dari lubang kawah Tompaluan Gunung Lokon mengeluarkan asap tebal bergulung-gulung pada pukul sekitar sebelas. Pandangan mata penonton pun pindah ke arah Gunung Lokon. Tapi kejadian itu hanya sebentar saja. Euforia masyarakat kembali tertuju pada semaraknya pawai pembangunan.

[caption id="attachment_201317" align="aligncenter" width="512" caption="Bendi Hias (foto: dokpri)"]

1345547663226577347

[/caption]

Melihat pawai yang diikuti sekitar 170 peserta dengan lebih seribu kendaraan aneka macam jenis, dan melihat antusias masyarakat untuk menonton, saya lalu berdiskusi dengan teman-teman fotografer yang sedang meliput pawai itu.

“Hampir semua peserta pawai mempertontonkan prestasi dan keunggulannya di hadapan penonton. Dari sekolah, piala, trophy serta fasilitas sekolah dipamerkan. Dari pemerintah, kecamatan, kelurahan, pelayanan kepada masyarakat juga diperlihatkan. Kelengkapan POLRI seperti Dalmas, juga dipertontonkan. Dari organisasi olah raga, kepemudaan, seni budaya, kelompok hobi juga menampilkan keunggulannya masing-masing. Apakah semangat untuk mempertontonkan keunggulan atau prestasi itu bisa disebut semangat kebangsaan? Beginikah semangat Merah Putih bangsa?”

[caption id="attachment_201318" align="aligncenter" width="512" caption="Sat Pol PP (foto: dokpri)"]

1345547775821265902

[/caption]

Teman saya diam. Bahkan terdengar bisik-bisik apa yang membedakan antara semangat nasionalisme dan kebangsaan? Sambil memegang kameranya, teman saya menjawab “saya lebih cenderung pawai tadi itu cermin dari semangat kebangsaan. Menunjukkan kesuksesan lewat prestasi-prestasi dan keunggulan produk, itulah sifat bangsa kita.

Rombongan bendi berkuda dengan hiasan bunganya baru saja melewati panggung kehormatan. Di susul kelompok pemain eks-Marching Band, rombongan remaja memegang papan nama semua cabang olah raga. Tak ketinggalan kelompok motor“free-style” unjuk kebolehannya.

[caption id="attachment_201319" align="aligncenter" width="512" caption="Ayo Sekolah (Foto:dokpri)"]

1345547862838649660

[/caption]

Pawai adalah sebuah tradisi tujuh belasan. Tradisi yang sekaligus dijadikan wadah untuk “memamerkan” keunggulan, prestasi, kebolehan dari setiap komunitas sosial masyarakat di samping keterlibatan sosial. Melihatnya, dinamika kehidupan masyarakat itumenyatu dan saling berinteraksi satu sama lain.

Tak terasa sore telah tiba, pawai pun selesai dengan meninggalkan segudang asa tentang nasionalisme bangsa yang makin terpuruk oleh maraknya isu SARA yang sarat dengan nuansa politisnya. Semoga dengan menonton pawai ini, masyarakat semakin jelas melihat peta kebangsaan dari sudut pawai. Apalagi kalau pawai ini membawa misi nasionalisme bangsa yaitu “damai itu indah”.

Tulisan ini diikutkan ke WPC-18 dengan tema Hari Raya dan Pesta Rakyat. [caption id="attachment_201320" align="aligncenter" width="512" caption="KONI (foto:dokpri)"]

134554793713385953

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline