Grobogan -- Sore itu suasana rumah salah satu warga Desa Pulorejo tampak berbeda. Anak-anak tertawa riang sambil memainkan kartu. Bukan kartu biasa, melainkan Kwartet Edukasi Bencana Alam, sebuah media pembelajaran karya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang dirancang untuk mengenalkan pengetahuan kebencanaan dengan cara menyenangkan.Kegiatan ini merupakan bagian dari observasi individu yang dilakukan oleh mahasiswa UNNES. Dengan mengenakan jas almamater kuning, penulis sekaligus pengembang karya, Lintang Pasha, membimbing anak-anak desa untuk memahami jenis-jenis bencana alam, cara mitigasi, serta pentingnya kerjasama ketika menghadapi situasi darurat."Harapannya, anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga belajar. Mereka bisa mengenal bencana alam dengan cara sederhana dan mudah dipahami," ujar Lintang.
Kegiatan Bhakti Akademisi
Dalam praktiknya, setiap anak memainkan kartu kwartet berisi gambar dan informasi bencana alam. Mereka berusaha mengumpulkan seri kartu sambil menjawab pertanyaan seputar bencana. Metode ini membuat suasana belajar jadi lebih hidup, penuh diskusi, dan menyenangkan.
Fidha (10), salah satu peserta, mengatakan, "Asyik mainnya, jadi tahu kalau ada gempa harus apa."
Melalui kegiatan ini, terbukti bahwa pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di ruang kelas. Dengan pendekatan kreatif dan media sederhana, anak-anak desa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
Sebagai Bhakti Akademisi UNNES, karya ini diharapkan dapat terus digunakan dan dikembangkan, tidak hanya untuk tema bencana alam, tetapi juga untuk berbagai topik lain yang penting bagi anak-anak. Dengan begitu, generasi muda tumbuh menjadi lebih cerdas, tangguh, dan peduli terhadap lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI