ABSTRAK
Bullying di sekolah dasar merupakan masalah serius yang dapat menghambat perkembangan psikologis, sosial, dan prestasi belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pendidikan, sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua anak. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mencegah sekaligus mengatasi bullying adalah modifikasi perilaku, Modifikasi perilaku yaitu upaya untuk mengubah perilaku siswa dengan memberikan penghargaan untuk perilaku baik, membiasakan sikap positif, serta memberi konsekuensi yang mendidik. Artikel ini membahas bagaimana modifikasi perilaku dapat menjadi strategi dalam mencegah dan menangani bullying di sekolah dasar, misalnya melalui program penghargaan, pelatihan keterampilan sosial, layanan konseling, dan pendidikan karakter. Hasil kajian menunjukkan bahwa modifikasi perilaku tidak hanya dapat menurunkan perilaku bullying, tetapi juga membantu membentuk budaya sekolah yang lebih ramah, penuh empati, dan mendukung perkembangan anak. Karena itu, kerja sama antara guru, orang tua, dan seluruh warga sekolah sangat penting untuk mewujudkan sekolah dasar yang bebas dari bullying.
Kata Kunci: Bullying, Sekolah Dasar, Modifikasi Perilaku, Pencegahan, Penanganan, Pendidikan Karakter, Kolaborasi Sekolah.
ABSTRACT
Bullying in elementary schools is a serious problem that can hinder students' psychological and social development and academic achievement. To achieve educational goals, schools must be safe and comfortable places for all children. One method that can be used to prevent and address bullying is behavior modification. Behavior modification is an effort to change student behavior by rewarding good behavior, cultivating positive attitudes, and providing educational consequences. This article discusses how behavior modification can be a strategy in preventing and addressing bullying in elementary schools, for example through reward programs, social skills training, counseling services, and character education. The results of the study indicate that behavior modification not only can reduce bullying behavior but also helps shape a school culture that is more friendly, empathetic, and supportive of child development. Therefore, collaboration between teachers, parents, and the entire school community is crucial to realizing elementary schools that are free from bullying.
Â
Keywords: Bullying, Elementary School, Behavior Modification, Prevention, Handling, Character Education, School Collaboration.
Â
PENDAHULUAN
Bullying di sekolah dasar merupakan salah satu permasalahan sosial yang semakin serius. Perilaku agresif ini tidak hanya menyebabkan cedera fisik, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan psikologis, sosial, dan akademik siswa. Sari & Nurhidayah (2021) Bentuk bullying yang paling umum di sekolah dasar adalah penindasan verbal, seperti ejekan atau menggunakan nama panggilan yang merendahkan (penghinaan), yang berpotensi dapat menurunkan harga diri anak, serta pengucilan terhadap teman sebaya. Perilaku ini berasal dari kurangnya empati, pengawasan guru yang tidak memadai, dan budaya sekolah yang menoleransi kekerasan.
Putri & Dewi (2022) menunjukkan bahwa bullying di sekolah dasar sering dianggap sebagai perilaku normal atau "lelucon". Akibatnya, banyak siswa menjadi korban bullying tanpa upaya pencegahan atau penanganan yang serius. Penelitian ini menyoroti pentingnya menanamkan perilaku positif pada anak sejak usia dini dan menerapkan pendekatan edukatif. Sementara itu, Hidayati & Rahman (2020) menekankan bahwa keberhasilan pencegahan kekerasan di sekolah sangat dipengaruhi oleh budaya sekolah dan partisipasi aktif seluruh anggota. Salah satu pendekatan yang dianggap efektif dalam mendorong perilaku positif adalah modifikasi perilaku, sebuah strategi yang memanfaatkan prinsip-prinsip penguatan positif, pembiasaan, dan pemberian konsekuensi yang bersifat mendidik. Selain itu, Menurut Handayani (2023) program modifikasi perilaku seperti sistem penghargaan, konseling perilaku, dan pelatihan keterampilan sosial bagi siswa yang menunjukkan empati di sekolah dasar telah terbukti mengurangi perundungan hingga 40% dalam satu semester. Strategi ini efektif karena berfokus pada pembentukan kebiasaan positif melalui pembiasaan dan penguatan, alih-alih hukuman.