Lihat ke Halaman Asli

(Struggle for Life) Bang Udin, Dari Kue Talam Jadi Pengusaha Sukses

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14079919611611253413

Bang Udin,Dari Kue Talam Jadi Pengusaha Sukses

[caption id="attachment_352811" align="aligncenter" width="300" caption="Syamsudin dari hanya jual kue talam jadi pengusaha sukses.(Foto: dok/kompasianer)"][/caption]

Syamsudin Pasaribu berpulang ke rahmatullah. Tapi bagi kebanyakan masyarakat di kota itu, kepergian Syamsudin yang akrab dipanggil Bang Udin, membekaskan catatan kaki. Masyarakat Tapanuli Utara, khususnya Tarutung, jarang yang tak kenal Syamsudin Pasaribu (54). Pria yang rajin tertawa ini, adalah sosok pekerja keras yang perlu diteladani.” Boleh juga saya dipanggil Udin Pelor”, katanya tertawa, ketika ditemui kompasianer di markas bisnis mobil bekasnya di kompleks Palapa Hotel, beberapa waktu lalu sebelum meninggal dunia.

Sekitar 37 tahun silam warga Tarutung tiap hari melihat Udin menjajakan kue talam di pasar. Tiada hari tanpa Udin melintas mengayuh sepeda bututnya, dari rumahnya di Jalan Balige ke Jalan Sisingamangaraja. Udin dibantu saudara perempuannya meracik sendiri kue talam yang selain dijajakan sendiri, juga disalurkan ke beberapa warung di pasar. Kue talamnya laris manis, karena selain dikenal bersih, juga lezat dengan racikan santan dan gula yang sepadan. Di hatinya lama terukir cita-cita besar, suatu saat jadi pengusaha sukses. Jalan meraih cita-cita itu, hanya satu: kerja keras sambil hemat. Udin percaya betul semboyan “hemat pangkal kaya”, yang diajarkan guru di sekolah.

Hemat itu tak boleh hanya dengan kata. Udin merealisasikannya dengan menabung, seraya terus kerja keras. Satu ketika, ada peluang kredit dari bank. Usaha kuenya dikembangkan. Kalau mulanya menjajakan langsung, lama-lama jadi toke kue. Banyak warung/kedai berlangganan tetap kue buatan keluarga Udin. Kemudian Udin membuka toko kelontong di Naheong. Saat itu Udin masih doli-doli (lajang). Tokonya berkembang pesat. Akhirnya, Udin mendirikan hotel. Awalnya Palapa Hotel di Jalan DI Panjaitan, Tarutung. Lalu satu lagi Pasifik Hotel di Jalan Balige. Keduanya hotel sederhana yang sangat menolong bagi warga yang butuh penginapan sederhana. Langkah selanjutnya, Udin membuka perusahaan kontraktor, untuk menopang usaha lainnya. Selain sempat membuka transportasi bus Bintang Utara, trayek Tarutung- Medan, Tarutung- Jakarta. Tapi, usaha itu kurang berkembang.”Bagi saya, seribu satu jalan menuju Roma”, kata Udin. Kalau satu usaha tak lancer, alihkan lagi ke usaha lainnya.

Tapi, kesibukan bisnis, tidak membuat pria Muslim yang taat ini terlena. Udin juga menyisihkan waktunya dalam berbagai kegiatan sosial. Selain terjun di bidang organisasi pemuda,olah raga dan keagamaan, Udin belakangan menjadi Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tapanuli Utara.

Aktivitas bisnisnya makin bervariasi. Belum lama ini, Udin juga mendeklarasikan berdirinya pusat bisnis mobil bekas pertama di Tarutung. Bisnis yang diberinya nama “Raja Mobil Pas” ini, khusus jual beli mobil bekas, alat berat, sepeda motor, spare part bekas. Begitu usaha ini dibuka peminatnya cukup ramai. Hampir setiap hari, pusat bisnis mobil bekas itu dikunjungi peminat dari berbagai daerah. “Kita tak harus untung banyak, yang penting mobilnya cepat laku, untung tipis harus disyukuri”, ujar pria beristrikan boru Sinambela dari Adian Koting itu. Dalam memajukan usahanya, Udin memakai teori seperti memasak makanan enak.”Dimano santannyo, di mana kuahnyo, harus diracik biar enak disajikan, seperti halnya membuat kue talam”, paparnya bergurau. Dia juga meren canakan membangun kolam renang , aula pertemuan, bahkan mendirikan sasana tinju.

Menurut Udin, pergaulan menjadi kunci utama bisnis bisa sukses. Semua harus dirangkul, dibikin senang. Makanya Udin punya filosofi, di situ senang di sini senang, semua sama-sama senang. Itu filosofinya.

Udin juga berencana membuka usaha pengangkutan khusus pariwisata. Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di daerah-daerah, tapi masyarakar kesulitan transportasi. Untuk itulah Udin melirik bisnis tersebut. Ya, sambil berbisnis sambil membantu orang yang membutuhkan. Untuk tahap pertama akan dioperasikan 10 unit bus pariwisata.Bahkan semasa hidup meski sudah dirasuki penyakit yang menyiksa dirinya, Udin masih sempat membuka usaha transportasi trayek Tarutung-Medan yang diberi nama Palapa Taksi. Usaha itu masih jalan hingga sekarang.

Dalam suatu perbincangan dengan kompasianer, Udin pernah mengatakan kepada kompasianer, selagi manusia itu berjuang dan memiliki hoki (keberuntungan), boleh mengumpulkan rejeki sebanyak mungkin dengan obsesi menjadi seorang kaya. Tapi hendaknya tetap diingat, bahwa semua harta yang dikumpulkan di dunia ini tak secuil pun akan dibawa ke alam baka saat ajal sudah datang menjemput. Harta jangan disimpan jadi benda mati yang dibawa tidur di bawah bantal, tapi sebagian hendaknya dipersembahkan untuk keperluan yang lebih luas, terutama membantu sarana agama. Maka Udin selalu tak segan memberi bantuan pada berbagai pihak yang mengajukan proposal misalnya untuk membangun masjid, mushola, atau madrasah.

Pada saat-saat tertentu, Udin mengaku sering termenung sendiri menatap alam sekitar, memanjatkan puji syukurnya kepada Allah Maha Pengasih yang telah menuntunnya menjadi orang yang berhasil. Udin selalu berpaling ke belakang, terkenang pada masa kecil dan remajanya, saat bermandikan peluh mengayuh sepeda bututnya menjajakan kue talamnya ke sana-kemari. “Hidup ini memang ibarat menebar benih, dan jika benihnya bagus, hasil yang dipetik juga bagus. Benih itu adalah kemauan dan kerja keras tak kenal menyerah seperti saya lakukan sekian lama,” katanya.

Udin sudah pergi. Peribahasa klasik mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Dan nama seseorang menjadi kenangan baik bagi mereka yang mengetahui apa yang patut dipelajari dari biografi seorang Udin Pasaribu. Struggle for life!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline