Lihat ke Halaman Asli

NewSura.ID

berbagi gagasan dan opini seputar pendidikan, sosial, dan isu-isu terkini.

Menelusuri Jejak Sejarah Sulawesi Tengah di Museum Negeri Kota Palu

Diperbarui: 16 Juli 2025   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi senjata api dan meriam kuno. (Sumber Lalu Hidayatullah: Museum Negeri Sulawesi Tengah) 

Koleksi senjata api dan meriam kuno ini merupakan bagian dari koleksi historika yang mencerminkan masa-masa perlawanan terhadap penjajahan serta pengaruh kolonial di Sulawesi Tengah. Beberapa senjata yang dipamerkan berasal dari masa penjajahan Belanda dan VOC, seperti pistol laras pendek dan panjang, serta meriam logam berukuran kecil hingga menengah.

Senjata-senjata ini digunakan tidak hanya sebagai alat pertahanan dalam peperangan, tetapi juga menjadi simbol kekuasaan dan kekuatan militer suatu kerajaan atau kelompok lokal. Melihat benda-benda ini membuat kita membayangkan bagaimana strategi dan perlawanan masyarakat lokal dilakukan dalam mempertahankan kedaulatan atas tanah air mereka. Meriam dan pistol ini menjadi saksi bisu betapa gigihnya perjuangan nenek moyang kita di masa lalu.

Patung Megalitik dari Lembah Napu (Sumber: Lalu Hidayatullah: Musium Negeri Sulawesi Tengah)

Patung megalitik ini ditemukan di wilayah Lembah Napu, Kabupaten Poso, yang dikenal sebagai salah satu situs arkeologi terpenting di Sulawesi Tengah. Dibuat dari batu berukuran kecil, patung ini merupakan peninggalan zaman megalitikum yang diyakini memiliki fungsi ritual, spiritual, atau bahkan sosial sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur.

Kehadiran patung ini mengungkapkan bahwa masyarakat Sulawesi Tengah pada masa lampau telah memiliki sistem kepercayaan yang kompleks dan struktur sosial yang terorganisir. Mereka menjadikan batu sebagai media komunikasi dengan dunia spiritual, menunjukkan hubungan yang erat antara manusia dan alam dalam budaya megalitik. Koleksi ini menjadi bukti bahwa peradaban kuno di wilayah ini sangat maju dan kaya akan nilai-nilai simbolik.

Naskah Islam Abad ke-16 – Warisan Intelektual dan Keagamaan (Sumber: Lalu Hidayatullah: Museum Negeri Sulawesi Tengah)

Koleksi ini terdiri dari peninggalan budaya Islam yang telah mempengaruhi masyarakat Sulawesi Tengah sejak abad ke-16. Di antaranya terdapat Al-Qur’an tulisan tangan, Temboka Pejunu (tempat air tradisional untuk mandi ritual di bulan Safar), keris dengan kaligrafi Arab, serta Pasatimpo – sarung khas yang memuat tulisan Arab berlanggam Jawa sebagai simbol solidaritas.

Kehadiran naskah-naskah kuno ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam tidak hanya melalui dakwah lisan, tetapi juga melalui tulisan, sastra, dan simbol-simbol budaya lokal. Keris dengan tulisan kaligrafi “Kalau engkau mau berbuat sesuatu, harus dipikirkan dahulu” menanamkan pesan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini menegaskan bahwa Islam tidak datang merusak budaya lokal, tetapi menyatu dan memperkaya nilai-nilai yang sudah ada.

Meriam dan Peluru – Simbol Perlawanan dan Perdagangan Masa Kolonial  (Sumber: Lalu Hidayatullah: Museum Negeri Sulawesi Tengah)

Pada etalase ini, terlihat beberapa meriam besi dan peluru bulat dari berbagai ukuran. Meriam-meriam ini merupakan peninggalan dari masa perdagangan rempah-rempah serta interaksi antara kerajaan lokal dengan kekuatan kolonial seperti VOC dan Belanda. Beberapa di antaranya merupakan Pusaka Mataram dan Meriam VOC, seperti yang tercantum dalam penjelasan koleksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline