Lihat ke Halaman Asli

Karnita

TERVERIFIKASI

Guru

Menkeu Baru, Saat Arah Ekonomi Indonesia Diuji

Diperbarui: 10 September 2025   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto melantik Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menggantikan Sri Mulyani. /YouTube Sekretariat Presiden

Menkeu Baru, Saat Arah Ekonomi Indonesia Diuji

"Pemimpin boleh berganti, tetapi arah bangsa ditentukan oleh keberanian membaca tanda zaman."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Mengapa pergantian Menteri Keuangan selalu mengguncang pasar dan mencuri perhatian publik? Pada Senin, 8 September 2025, Pikiran Rakyat (9/9/2025, 14:35 WIB) menurunkan artikel berjudul "Di Balik Pergantian Menkeu, Saat Poros Dunia Bergeser dari IMF ke BRICS dan Soemitronomic." Isu ini mendesak karena menyangkut stabilitas fiskal dan arah kebijakan ekonomi nasional di tengah gejolak global.

Bagaimana mungkin sebuah nama dapat memengaruhi IHSG, rupiah, hingga persepsi investor internasional? Pergantian Sri Mulyani oleh Purbaya Yudhi Sadewa bukan sekadar reshuffle kabinet, melainkan juga cermin dari pergulatan geopolitik. Penulis tertarik membedahnya karena pergantian ini bukan hanya soal orang, tetapi juga simbol pergeseran poros ekonomi dunia.

Apakah Indonesia siap meninggalkan IMF dan berlabuh pada BRICS+? Pertanyaan ini menggelitik, terlebih saat Presiden Prabowo Subianto baru saja pulang dari Beijing dengan senyum penuh isyarat. Urgensinya terletak pada dampak kebijakan yang tidak hanya menyentuh pasar, tetapi juga kesejahteraan rakyat di era transisi global yang kian dinamis.

1. Dari IMF ke BRICS: Peta Baru Ekonomi Global

Pergantian Menkeu tidak bisa dilepaskan dari konteks global. IMF dan World Bank selama ini menjadi "guru besar" ekonomi kita, dengan Sri Mulyani sebagai murid terbaiknya. Namun, ketika dunia mulai beralih ke BRICS+, posisi itu tampak tidak lagi relevan.

BRICS menawarkan model kolaborasi tanpa hegemoni. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, janji investasi besar-besaran dalam energi dan infrastruktur terdengar lebih menjanjikan dibandingkan nasihat fiskal ketat dari Washington. Ini memberi ruang bagi kedaulatan ekonomi untuk tumbuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline