Lihat ke Halaman Asli

Suatu Saat Nanti

Diperbarui: 16 Maret 2019   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diksiku masih bertelur
Ketika datang malam yang hujan dan basah
Butuh beberapa purnama untuk hangat mengeraminya agar menetas anak-anak kata imut dan menggemaskan
Agar tumbuh induk-induk kalimat bijak, bajik dan penuh kasih sayang

Suatu saat nanti
Tatkala kalimatku utuh dan dewasa
Akan kuternak sekawanan sajak cinta molek dipandang, menawan dibacakan di batang tubuh hatimu; di ruang keabadian
Sebagai ganti kuncup-kuncup puisi layu dan ranggas dari reranting hatimu

Suatu saat nanti
Manakala tiba musim semi
Sajak-sajak itu akan membiakkan kata-kata menjadi kita,
Akan meluruh lara yang raung dan melesakkannya ke perut ruang

Pada saat kamu serupa Petapa Sakti dalam goa-goa aksara, dalam rerindang paragraf, dalam rerimbun alinea dan dalam semak-semak kertas culas
Kamulah pantas yang abadi di antara prosa-prosa, sajak-sajak, dan puisi-puisi yang juga abadi

Bila saat itu tiba
Namaku adalah fana

Condet,160319

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline