Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

2020 Best in Citizen Journalism

Lupis Banjar, Si Hijau Berkuah Kinca yang Manis dan Legit

Diperbarui: 3 November 2019   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lupis Banjar (Dokumentasi pribdi)

Nama wadai (kue) lupis, sepertinya bukan sesuatu yang asing bagi sebagian besar masyarakat nusantarakarena jajanan dengan cita rasa manis legit ala gula aren atau gula merah ini seperti layaknya kuliner soto yang tiap daerah di Indonesia, yang mana mempunyai varian plus ciri khasnya masing-masing.

Ada yang namanya beda, tapi wujud barangnya sama atau setidaknya mempunyai kemiripan atau malah sebaliknya, namanya sama tapi wujud produknya berbeda. Rapopo, itulah wujud asli wajah kuliner Indonesia kita yang kaya!

Baca Juga: Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin

Begitu juga dengan "Kota 1000 Sungai", Kota Banjarmasin nan Bungas, salah satu kota berpredikat miniatur nusantara di pulau Kalimantan ini juga mempunyai kuliner wadai (kue) lupis khas banua yang biasa disebut orang dengan lupis Banjar. 

Dari segi cita rasa, sepertinya memang tidak jauh berbeda dengan beragam jajanan lupis lainnya di Indonesia, tekstur lupis ketannya yang legit menggigit plus paduan legitnya kuah kinca gula merah dan taburan parutan kelapa akan selalu ngangeni siapa saja yang pernah mencoba! 

Hanya saja untuk penampilannya ada sedikit perbedaan. Kalau lupis di pulau Jawa umumnya berbentuk segitiga dengan warna putih kehijauan (warna hijaunya, hijau muda mengarah ke putih). 

Berbeda dengan lupis di pulau Jawa, nah, untuk lupis Banjar, sejauh yang saya temui bentuknya semua sama, gilig atau bulat memanjang seperti lontong di Pulau Jawa yang panjangnya sampai sekitar 15 cm dengan dibungkus daun pisang yang diikat tali melingkar-lingkar mirip tali sepatunya ninja. 

Untuk warna lupisnya bewarna hijau, yang didapat dari bahan pewarna alami di Banjarmasin, yang biasa disebut dengan tanaman Pudak sitagal, pudak satagal atau pudak setegal (Dracaena angustifolia).

Baca Juga: Kegundahan di Balik Nikmatnya Nasi Kuning Dendeng Rusa, Khas Banjarmasin

Berbeda dengan tanaman suji, pandan wangi atau katu. Tiga tanaman sumber pewarnaan alami lainnya yang di Banjarmasin biasa untuk mewarnai berbagai jenis wadai, seperti tapai gambut, dadar gulung, cucur dan beberapa jenis kue berwarna hijau lainnya, cenderung memberi warna hijau pucat pada makanan, maka daun tanaman Pudak sitagal, pudak satagal atau pudak setegal (Dracaena angustifolia) ini bisa memberi warna hijau yang lebih tua dan pekat.

Wadai lupis dibuat dari lakatan (ketan) putih yang dicampur dengan air kapur sirih untuk memberi tekstur yang legit saat digigit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline