Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

2020 Best in Citizen Journalism

Semalam di Banjarmasin

Diperbarui: 23 Mei 2019   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Datang di Banjarmasin (Foto : Muhammad Ahrishar)

Alarm dengan bunyi polyphonic dari HP jadul di atas meja itu membangunkan lelapku yang sebenarnya mulai memasuki fase pulas. Agak malas sebenarnya untuk sekedar membuka mata, apalagi bergerak mematikan bunyi alarm itu. Selain uyuh banar, dinginnya udara akibat  gerimis yang menyiram Kota Banjarmasin sejak habis maghrib tadi menambah sempurna kenyamanan istirahat malam ini.

Ya! Malam ini sebenarnya aku ingin istirahat total di kamar hotel setelah seharian penuh hunting foto di beberapa lokasi eksotis pilihan yang benar-benar menyajikan wajah asli Banjarmasin dengan budaya sungainya. Seperti kampung terapung Tandipah, Kampung Karamba di Banua Anyar, Kampung Hijau di sepanjang bantaran Sungai Martapura di daerah Sungainjingah dan terakhir basambang ke kampung Sasirangan di daerah Pasarlama.

Tapi, demi mendengar bunyi pesan masuk berbarengan dengan pendar cahaya kedip-kedip dari kotak kecil yang tiba-tiba menghiasi layar laptop di depanku, membuatku langsung membuka mata lebar-lebar. 

"Allah akbar, jam berapa Ni!? Waduuuh ketiduran lagi!" Gumamku dalam hati sambil melirik sebentuk ornamen mirip Pulau Kalimantan dan Pulau Bali, hasil kerjaan si liur basi di atas kertas HVS putih yang tadi sempat menjadi alas kepalaku saat ketiduran.

Tanpa ba bi bu langsung kuarahkan kursor ke arah messenger dan...

"Bang, foto liputan udah siap belum? Ditunggu! Bentar lagi naik!Pesan messenger dari bagian redaksi hampir sejam yang lalu masuk ke messenger di laptopku.

"Siap, tinggal ngirim aja! Tunggu bentar ya wifi di kamar lagi nggak stabil ni, abis hujan deras di Banjarmasin",  alibiku sambil terus melanjutkan mengedit beberapa foto liputanku di Kampung Terapung Desa Tandipah tadi pagi.

Untuk mengusir rasa kantuk tersisa yang masih menggelayut di kedua mataku, aku menyeduh kopi hitam dengan citarasa kental pahit kesukaanku. Saat itulah aku baru menyadari kamar yang dipesankan kantor untukku selama liputan di Banjarmasin dan sekitarnya ini ternyata begitu cantik  dan istimewa. 

Sasirangan (dokpri)

Semua cover perabot, termasuk sprei, gorden, kap lampu dan beberapa hiasan dinding penghias ruangan semuanya berbahan kain tradisonal Sasirangan warna-warni dengan motif kekinian perpaduan dari beberapa motif sekaligus, seperti gigi haruan, bayam raja dan ombak Sinapur karang, daun jaruju, naga balimbur dll. 

"Luar biasa totalitas hotel jaringan internasional yang satu ini. Mereka begitu pintar dan kreatif memanfaatkan aset tradisonal khas Banjar untuk  memanjakan tamu secara maksimal" Gumamku dalam hati sambil mematikan laptop dan membereskan semua peralatan "tempurku" berupa kamera dan perabotannya yang masih berserakan di atas meja, saat itu tanpa sengaja jariku menyentuh lembutnya tekstur kain Sasirangan yang dimodifikasi menjadi taplak meja, wooow keren!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline