Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semalam di Banjarmasin

23 Mei 2019   23:43 Diperbarui: 23 Mei 2019   23:47 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Datang di Banjarmasin (Foto : Muhammad Ahrishar)

Setelah puas menikmati interior ruangan kamarku yang luar biasa unik dan cantiknya, kulirik jam digital di HP-ku yang menunjukkan angka 03.12 WITA. "Kalau ku lanjutkan barabah, pasti bablas nggak sahur dan nggak sholat subuh. Apa aku jalan-jalan aja ya ke Masjid Noor!? Pasti sudah ramai orang jami segini", batinku sambil menyeruput kopi pahit yang tinggal menyisakan sedikit cairan kehitaman di dasar cangkir.

Aku baru ingat, malam ini adalah malam ke-19 Ramadhan. Biasanya, mulai malam 17 Ramadhan jamaah beberapa masjid besar di Banjarmasin sudah memulai melakukan itikaf di masjid dan mencapai puncaknya di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan khususnya dimalam hitungan ganjil sampai datangnya hari yang fitri.

Di malam-malam itu, selain menghidupkan tradisi badadamaran atau menyalakan obor khas Banjar, masyarakat Banjarmasin biasa melakukan itikaf di masjid-masjid besar yang sangat mudah untuk ditemukan di setiap sudut kota 1000 sungai ini. Salah satunya di Masjid Noor yang lokasinya sekitar setengah paal saja dari hotel tempatku menginap.

"Masjid yang posisinya dikelilingi banyak pasar ini, menyimpan banyak kenangan masa laluku saat masih tinggal di Banjarmasin. Dengan keluargaku, teman-temanku dan tentunya si-Fitri, sahabat terbaik, teman terbaik dan juga calon istri terbaik yang pernah kumiliki. Sayang..."

"Mau kemana pak malam-malam!? Mau ditemani!?" Tanya petugas security hotel ramah dengan logat Jawanya yang medok, membuyarkan lamunanku ketika melihatku akan meninggalkan loby hotel.

 "Mau ke Masjid Noor Pak, itu yang di pasar Malabar", jawabku kepada bapak security sambil memberi isyarat ucapan terima kasih.

Bagiku Kota 1000 Sungai, Kota 1000 Damkar, Kota 1000 Masjid, Kota 1000 Musholla, Kota Soto, Kota Pasar atau apapun julukan bagi ibu kota Kalimantan Selatan ini tetaplah rumah pertamaku! Karena aku pernah lahir dan besar di kota ini, walaupun karena konflik di masa lalu akhirnya memaksa keluarga besarku untuk hijrah ke Jakarta. 

Ketika  melewati jembatan Pangeran Antasari, tiba-tiba bulu kudukku berdiri! Meskipun di sepanjang jembatan itu berjajar para pemancing yang sedang menunggui joran-nya masing-masing. 

"Entahlah, mungkin karena hari ini bertepatan dengan 22 tahun tragedi Jumat Kelabu, 23 Mei 1997 yang menelan ratusan korban meninggal dan korban hilang yang sampai sekarang tidak diketahui rimbanya dan jembatan ini adalah salah satu saksi bisu dari tragedi bersejarah yang paling memilukan bagi masyarakat Banjarmasin tersebut". Bisikku dalam hati.

"Ya Allah, semoga Engkau maafkan dan Engkau tempatkan keluarga dan teman-teman kami yang menjadi korban dalam tragedi Jumat Kelabu, 23 Mei 1997 tersebut di sisi terbaik-Mu. Amin."Doaku dari tengah jembatan Pangeran Antasari sejurus kemudian sambil meneruskan langkah ke Masjid Noor yang sudah mulai kelihatan samar-samar bangunan megahnya.

Doa Masuk Masjid (wisatanabawi.com)
Doa Masuk Masjid (wisatanabawi.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun