Lihat ke Halaman Asli

Kerja Layak dan SDGs: UNESA Tegaskan Peran Sosiologi di Panggung Internasional

Diperbarui: 4 Oktober 2025   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosiologi UNESA

Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sukses menggelar International Sustainable Development Goals Seminar Series #1 pada Selasa, 30 September 2025, di Gedung I6 Srikandi, FISIPOL UNESA. Seminar perdana ini mengusung tema "Synergizing Academia and Industry: Building an Employment Ecosystem Based on Human Rights and Corporate Responsibility".
Acara dibuka dengan sambutan dari Dr. Agus Machfud Fauzi, M.Si., selaku Kepala Program Studi Sosiologi UNESA. Ia menekankan perlunya menghapus stigma terhadap lulusan sosiologi. "Label negatif 'sosiologi mau kerja apa' bisa kita buktikan salah. Ada banyak peluang yang bisa kita ciptakan dan libatkan," tegasnya.


Hal senada juga disampaikan Dr. Harmanto, S.Pd., M.Pd., Wakil Dekan I FISIPOL UNESA, yang menegaskan bahwa sinergi antara perguruan tinggi dan industri adalah langkah strategis dalam melahirkan SDM unggul dan berdaya saing.


Isu Strategis Dunia Kerja
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama:
*Tauvik Muhamad, Programme Coordinator International Labour Organization (ILO).
*Dwi Ken Hendrawanto, Sekretaris Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Timur.
*Dr. Nurul Indah Susanti, M.Si., Psikolog, Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM KADIN Jawa Timur.
Selain itu, Eufrasia Kartika Hanindraputri, M.Sos. (Dosen Sosiologi UNESA) turut hadir sebagai discussant, sementara sesi diskusi dipandu oleh Putri Dwi Permata Indah, S.Sos., M.Sosio (Dosen Sosiologi UNESA) sebagai moderator.


Tauvik Muhamad dari ILO membuka sesi dengan menekankan pentingnya decent work atau kerja layak. Menurutnya, perusahaan yang bertanggung jawab harus melakukan Human Rights Due Diligence (HRDD) sesuai standar ketenagakerjaan internasional. "Bisnis yang bertanggung jawab adalah bisnis yang mengadopsi prinsip kebijakan untuk mengeliminasi risiko," ujarnya.


Sesi berikutnya, Dwi Ken Hendrawanto dari APINDO membahas peran asosiasi pengusaha dalam advokasi hak-hak buruh dan tantangan sistem pengupahan di Indonesia. Ia menyoroti fenomena pengusaha yang membuka usaha di Jawa Tengah karena UMR yang lebih rendah, yang memicu mobilitas tenaga kerja dari berbagai daerah.


Dr. Nurul Indah Susanti dari KADIN menekankan perlunya penyesuaian kurikulum perguruan tinggi dengan kebutuhan industri. Ia menilai lulusan perlu dibekali soft skills, kemampuan digital, dan pengalaman magang agar lebih mudah terserap di dunia kerja.

Sosiologi UNESA

Dari sisi akademisi, Eufrasia Kartika Hanindraputri menekankan pentingnya kolaborasi tripartit antara kampus, industri, dan pemerintah dalam mengawal prinsip HAM dan kerja layak. Ia juga mengingatkan mahasiswa untuk memperkuat keterampilan, membangun portofolio, dan memperluas jaringan profesional agar mampu menghadapi stigma dan tantangan pasar kerja.


Simbol Komitmen Bersama
Sebagai penanda kerja sama nyata, seminar ini juga diakhiri dengan penandatanganan MoU antara pihak terkait. Momen ini menjadi simbol komitmen kolektif dalam membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Para pembicara juga menerima cinderamata sebagai bentuk apresiasi atas gagasan dan kontribusi mereka dalam forum ini.
Menegaskan Komitmen UNESA
Selain menghadirkan wawasan baru, seminar ini memberikan manfaat praktis bagi peserta berupa akses materi eksklusif, sesi networking dengan pembicara, hingga e-sertifikat.

Sosiologi UNESA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline