Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Setahun Pemerintahan Prabowo Gibran: Tepuk Tangan untuk MBG dengan Sejumlah Catatan!

Diperbarui: 16 Oktober 2025   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah siswa di salah satu SMK di Kota Bandung sedang menyantap makan bergizi gratis (MBG). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Pada 20 Oktober 2025 mendatang, genap 1 tahun pemerintahan Prabowo Gibran berjalan. Sebagai warga negara, sudah sepatutnya kita melihat dan memberikan pandangan jujur terhadap apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah yang baru ini. Secara umum, banyak program yang sifatnya melanjutkan kerja pemerintahan sebelumnya. 

Namun, ada satu program yang paling menonjol dan langsung terasa perbedaannya di tengah masyarakat, yaitu program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program Makan Bergizi Gratis, yang menyasar anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui, memang adalah terobosan yang patut diacungi jempol. 

Ide dasarnya sangat baik. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa kita, memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak dini. Gizi yang baik adalah kunci untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan cerdas.

Bukan hanya soal gizi, program MBG ini juga membawa dampak positif yang jauh lebih luas bagi ekonomi rakyat. Dengan diwajibkannya pengadaan bahan makanan dari sumber lokal, program ini seketika menggerakkan roda ekonomi di tingkat desa dan daerah. Petani, nelayan, peternak, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat mendapat jaminan pasar.

Perputaran uang di daerah menjadi lebih cepat dan merata. Banyak dapur-dapur baru bermunculan, yang disebut Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru. Program ini sukses membuktikan diri sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan, tidak hanya sebagai bantuan sosial.

Kita memang harus memberikan tepuk tangan atas visi besar ini. Dalam waktu kurang dari satu tahun, pemerintah mengklaim program ini telah menjangkau puluhan juta penerima manfaat di berbagai wilayah. Ini menunjukkan keseriusan dan kecepatan pemerintah dalam merealisasikan janji. Angka kehadiran anak di sekolah juga dilaporkan meningkat, tanda bahwa program ini berhasil menarik minat belajar siswa.

Namun, seperti yang tercantum dalam judul, apresiasi ini datang dengan sejumlah catatan tebal. Catatan pertama dan yang paling genting adalah masalah keamanan pangan. Seringnya terjadi insiden keracunan massal pasca anak sekolah mengonsumsi MBG adalah masalah yang tidak bisa ditoleransi.

Berita-berita keracunan massal telah terjadi di berbagai daerah, dari sekolah dasar hingga menengah. Ratusan siswa harus dilarikan ke rumah sakit karena sakit perut, mual, dan muntah. Ini bukan hanya masalah teknis, tapi ini adalah masalah keselamatan jiwa anak-anak.

Keracunan ini jelas menunjukkan adanya titik lemah dalam rantai pasok dan produksi makanan. Apakah pengawasan kebersihan di dapur-dapur MBG (SPPG) sudah maksimal? Apakah bahan baku yang digunakan benar-benar segar dan higienis? Apakah proses pengolahan dan distribusi makanan (terutama waktu pengiriman) sudah sesuai standar?

Para ahli gizi dan keamanan pangan telah menyoroti bahwa salah satu penyebab keracunan adalah skala produksi yang besar dan terpusat di SPPG, yang terkadang melebihi kapasitas tanpa didukung kontrol kualitas yang memadai. Kurangnya pengawasan berkala dan ketat menjadi celah masuknya bakteri berbahaya seperti E. coli atau Salmonella.

Catatan tebal kedua adalah masalah pemerataan. Meskipun klaim jumlah penerima sudah besar, kenyataannya adalah program MBG ini masih belum merata sepenuhnya. Masih banyak sekolah, terutama di daerah pelosok atau terpencil, yang belum tersentuh program ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline