Perangkap Pikiran "Harus Sempurna"
Setiap hari, kita bisa melihat pemandangan yang sama di pinggir jalan. Ada gerobak gorengan yang mengepul, ada warung nasi yang sederhana, ada penjual minuman segar dengan termos esnya.
Mereka adalah para pedagang yang berani. Mereka punya modal seadanya, tempat yang tidak mewah, dan peralatan yang tidak canggih. Namun, mereka punya satu hal yang paling penting yaitu keberanian untuk memulai.
Di sisi lain, banyak orang yang punya ide bagus tapi tidak pernah jadi kenyataan. Mereka ingin punya usaha makanan, tapi merasa harus punya resep rahasia yang sempurna.
Mereka ingin jualan kopi, tapi merasa harus punya kedai yang bagus seperti di mal. Mereka terjebak dalam perangkap "harus sempurna."
Pikiran mereka dipenuhi keraguan: "Bagaimana kalau tidak laku?", "Bagaimana kalau rasanya kurang enak?", "Bagaimana kalau modalnya habis?", dan masih banyak lagi.
Keraguan-keraguan ini membuat mereka menunda-nunda. Satu minggu berubah menjadi satu bulan, satu bulan menjadi satu tahun, dan akhirnya ide itu hanya tinggal ide.
Mereka takut gagal, jadi mereka tidak pernah mencoba. Padahal, para pedagang di pinggir jalan itu mengajarkan kita sebuah pelajaran berharga yakni kesempurnaan itu tidak ada, yang ada hanya proses.
Mereka tidak membiarkan ketakutan itu menguasai mereka. Mereka tahu, lebih baik berani mencoba dan gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali.
Belajar dari Proses, Bukan dari Teori
Pengalaman saya makan di pinggir jalan di pedagang ayam goreng kaki lima adalah contoh nyata. Dia tidak punya restoran mewah, hanya gerobak dan beberapa meja sederhana. Tapi, ayam gorengnya enak sekali.