Lihat ke Halaman Asli

Jonny Hutahaean

tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Menanggapi Ceramah Anies Baswedan tentang Sejarah Nama Indonesia

Diperbarui: 31 Maret 2017   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagian isi ceramah Anis Baswedan sesuai dengan isi video yang diunggah @Anto Tekos : “Bahwa sebelum tahun 1934, nama Indonesia belum ada. Kami itu dulu orangtua pendiri kiyai Partai Arab Indonesia yang pada saat itu mendeklarasikan tanah airnya Indonesia. ….. dst”.

Bagian ceramah yang isinya “Bahwa sebelum tahun 1934, nama Indonesia belum ada” sangat mengejutkan karena terucap dari seseorang sekaliber Anies Baswedan, gelar akademis doktor, mantan rektor, dan mantan Menteri Pendidikan.

Melupakan sejarah adalah kesalahan, tidak belajar dari sejarah adalah kebodohan, tetapi membengkokkan sejarah adalah kejahatan luar biasa. Agar terhindar dari tuduhan kejahatan luar biasa, maka saya berasumsi Anies Baswedan telah lupa sejarah. Tulisan ini bertujuan untuk membantu pak Anies Baswedan mengingat kembali secuil dari perjalanan bangsa ini.

Nama Indonesia sudah ada jauh sebelum 1934.

1. Nama “Indonesia” Sebagai Wawasan Kewilayahan.

Pada tahun 1850, James Richardson Logan, melalui karya ilimiah “Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia” mencetuskan nama Indonesia untuk membedakan wilayah Hindia Barat (Kepulauan Karibia) dengan wilayah Hindia Timur. Karena menjadi koloni Belanda, Hindia timur sering disebut dengan Hindia Belanda.

Pada tahun yang sama, 1850, Earl George Samuel Windsor dalam karya “On The Leading Characteristic of the Papuan anda Malay – Polynesia Nations” mengusulkan nama khusus bagi warga kepulauan Melayu/Hindia Belanda, yaitu Indunesia atau Melayunesia. Logan lebih memilih nama Indunesia yang belakangan diubah menjadi Indonesia, Windsor lebih memilih nama Melayunesia.

Pada tahun 1884, Adolf Bastian, Guru Besar Etnologi di Universitas Berlin, memomulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda melalui karya “Indonesien, Order Die Inseln Des Malayschen Archipe”.

Tetapi nama yang diusulkan ketiga orang itu hanya sebagai pembeda wilayah untuk mencegah kebingungan kaum kolonialisme. Nama “Indonesia” hanya berwawasan kewilayahan, hanya penyebutan wilayah, tidak memiliki kandungan wawasan kebangsaan.

2. Nama “Indonesia” Sebagai Wawasan Kebangsaan

Pada tahun 1924, pelajar Indonesia di Belanda mengubah nama organisasi dari “Indische Vereeniging” menjadi “Indonesische Vereeniging”. Pada tahun yang sama, Koran organisasi bersalin nama dari “Hindia Poetra” menjadi “Indonesia Merdeka”. Nama Indonesia sebagai wawasan kebangsaan mulai dicetuskan dan mendapatkan bentuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline