Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Kenakalan yang Wajar dan Tidak Wajar

17 Oktober 2025   23:40 Diperbarui: 17 Oktober 2025   23:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenakalan yang Wajar (Sumber: gambar dibantu Gemini AI)

Seorang siswa SMA ketahuan merokok di sekolah, ini merupakan bentuk kenakalan dan pelanggaran disiplin. Tentunya disiplin berat karena sekolah termasuk area bebas rokok.

Sanksi terhadap pelanggaran tersebut berupa teguran dari kepala sekolah dan pemanggilan orang tua ke sekolah. Sanksi tidak boleh berupa kekerasan fisik. Merokok di kawasan bebas rokok juga dapat dikenai sanksi pidana denda hingga lima puluh juta rupiah. Demikian sesungguhnya isi dari peraturan tentang merokok di tempat umum, salah satunya di lingkungan pendidikan.

Sebanyak 630 siswa SMA dari sebuah sekolah mogok tidak mau belajar dengan alasan yang tidak jelas. Satu, kemungkinan mereka melakukan aksi setia kawan pada temannya yang baru saja ditampar kepala sekolah - karena merokok. Dua, kemungkinan mereka mogok karena ingin kepala sekolah dilengserkan - disinyalir siswa gerah pada kepala sekolah yang terlalu disiplin.

Baik siswa merokok maupun siswa mogok belajar, menurut saya dua-duanya merupakan bentuk kenakalan yang tidak wajar. Merokok itu jelas-jelas dilarang, masih juga dilakukan. Kalau alasannya tidak tahu itu dilarang, pihak sekolah harus sering-sering melakukan sosialisasi tentang larangan dan bahaya merokok.

Mogok belajar dengan alasan yang kurang tepat, ini bahaya. Menunjukkan siswa banyak yang lemah pikir dan lemah logika. Mereka juga menunjukkan pembangkangan terhadap institusi pendidikan yang menaunginya. Kurang hormat pada pendidik. Jika alasannya memang protes pada tenaga pendidik yang disiplin, sungguh tidak pada tempatnya. Mereka sekolah salah satu tujuannya memang untuk belajar disiplin.

Orang tua mengeluarkan biaya pendidikan dengan susah payah, anak malah mogok belajar. Padahal orang tua hanya ingin anaknya sukses dan fokus pada kegiatan belajar saja. Tidak usah ikut-ikut kalau ada kerusuhan. Tugas siswa hanya satu, belajar dengan sebaik-baiknya. Kalau mogok belajar, akan menyakiti hati orang tua. Dan tentu merugikan diri sendiri.

Membaca peristiwa mogok belajar di sebuah SMA, saya teringat masa SMA saya. Kami pernah melakukan kenakalan massal yaitu bolos sama-sama satu kelas. Tapi definisi bolos sama-samanya masih dalam taraf wajar bisa dimaafkan kalau menurut saya sih (membela diri, hehehe).

Jadi ceritanya, jam terakhir pelajaran hari itu kosong. Entah kemana gurunya. Pun tidak ada tugas. Biasanya kami lapor ke ruang guru, nanti ada guru yang menggantikan. Tapi siang itu entah siapa yang mencetuskan ide, kami sepakat bolos alias pulang duluan rame-rame sekelas.

Ini konteksnya sudah jam terakhir, palingan sejam kemudian sudah waktunya pulang. Daripada kami ribut di kelas, kan, mending cabut.

Akhirnya kami mengendap-endap, sambil ketawa cekikikan ditahan, bergerak cepat tapi tanpa suara melewati jalan pulang. Harus hati-hati karena kami melewati kelas-kelas yang masih melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

Dan ternyata kami berhasil melewati semua pos. Entah kemana para guru yang lain. Yang jelas kami waktu itu tertawa puas, lari tanpa suara tapi bergerak cepat meninggalkan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun