Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Tellurium dalam Panel Surya

Diperbarui: 14 Juli 2021   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panel surya Kadmium tellurida (CdTe). Sumber: https://spectrum.ieee.org/energy/renewables/first-solar-quest-for-the-1-watt

Karena nama unsur ini tidak ada kaitannya dengan telur, maka saya mempertahankan penulisannya yang menggunakan "dobel l."

Tabel periodik unsur-unsur kimia, diadaptasi dari buku: Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia.

Dalam tabel periodik, Tellurium (Te) termasuk dalam golongan Oksigen atau golongan 16 (lihat artikel saya: Oksigen, Unsur Terpenting bagi Kehidupan) setelah unsur Selenium (lihat artikel saya: Selenium dalam Perangkat Pencitraan Sinar-X Digital) dan memiliki nomor atom 52.

Tellurium adalah salah satu dari 10 unsur paling langka di bumi. Tellurium sering ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain, misalnya Nikel dalam bijih Melonite.

Tellurium terutama digunakan dalam kaca serat optik, yang membawa informasi bervolume tinggi jauh lebih cepat daripada kabel tembaga.

Tellurium adalah metaloid putih perak yang rapuh dan agak toksik. Tellurium secara kimiawi terkait dengan Selenium dan belerang, ketiganya adalah golongan 16 yang juga disebut kalkogen (chalcogen).

Tellurium kadang-kadang ditemukan dalam bentuk asli sebagai kristal unsur. Tellurium jauh lebih umum di alam semesta secara keseluruhan ketimbang di bumi. Kelangkaan ekstrimnya dalam kerak bumi sebanding dengan Platinum, sebagian karena pembentukan hidrida yang mudah menguap yang menyebabkan Tellurium hilang ke luar angkasa sebagai gas selama pembentukan nebular panas dari bumi, dan sebagian lagi karena affinitas Tellurium yang rendah untuk oksigen, yang menyebabkannya lebih mudah terikat ke kalkofil lain dalam mineral padat.

Senyawa yang mengandung Tellurium pertama kali ditemukan pada 1782 di sebuah tambang emas di Kleinschlatten, Transylvania (sekarang Zlatna, Rumania) oleh ahli mineralogi Austria Franz-Joseph Mueller von Reichenstein, meskipun Martin Heinrich Klaproth yang menamai unsur baru itu pada 1798 dari kata Latin untuk "bumi," Tellus.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa logam yang terkandung dalam senyawa tersebut adalah Antimon, tetapi sifat persisnya sangat membingungkan sehingga bijih tersebut mendapat julukan Aurum problematikaum.

Mineral emas tellurida adalah senyawa emas alami yang paling menonjol. Namun, mineral ini bukan sumber Tellurium yang signifikan secara komersial, yang biasanya diekstraksi sebagai produk sampingan dari produksi tembaga dan timbal.
Secara komersial, penggunaan utama Tellurium adalah dalam bentuk paduan tembaga atau baja dengan Tellurium, yang meningkatkan kemudahan untuk diolah dengan mesin.

Sebagian besar Kadmium tellurida (CdTe) diproduksi untuk digunakan dalam panel surya (lihat foto judul) dan semikonduktor sehingga Tellurium dianggap sebagai unsur kritis teknologi.

Tellurium tidak memiliki fungsi biologis, walaupun jamur bisa menggunakannya sebagai pengganti belerang dan Selenium dalam asam amino seperti Tellurosistein dan Tellurometionin.

Pada manusia, sebagian Tellurium dimetabolisme menjadi dimetil tellurida, (CH3)2Te, gas dengan bau seperti bawang putih yang dihembuskan melalui napas korban paparan atau keracunan Tellurium.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline