Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pemesanan SR023 di Pekan Akhir Capai Rp5,41 Triliun, Lambat Untuk Bereskalasi Kemudian

9 September 2025   12:51 Diperbarui: 9 September 2025   17:34 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendekati tenggat masa penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Sukuk Ritel SR023  yang tinggal tersisa 6 hari ke depan, sebelum ditutup pada 15 September 2025, nilai pemesanannya belum mampu menyentuh setengah dari kuota awal yang ditetapkan Pemerintah

Menurut data perdagangan yang saya kutip dari salah satu mitra distribusi yang telah bekerjasama dengan Kementerian Keuangan, PT. Bibit Tumbuh Bersama, melalui aplikasinya Bibit.Id, hingga Selasa, 9 September 2025 Pukul 12.25, nilai pemesanannya baru mencapai Rp5,41 triliun.

Dengan perincian, SR023T3 yang memiliki masa jatuh tempo atau tenor 3 tahun dengan return 5,80 persen per tahun, dipesan sebesar Rp3,13 triliun, artinya masih tersisa 79,1 persen dari kuota yang ditetapkan yaitu Rp15 triliun.

Sedangkan yang bertenor lebih panjang, 5 tahun, SR023T5 dengan return 5,95 persen per tahun, nilai pemesanannya sebesar Rp2,28 triliun, tersisa 54,4 persen dari kuota awalnya Rp5 triliun

Alasan Di Balik Lambatnya Pemesanan

Laju pemesanannya terlihat lebih lambat dibandingkan penawaran SBN ritel sebelumnya. Mungkin hal tersebut terjadi lantaran beberapa sentimen, mulai dari langkah preventif investor ritel saat mengambil keputusan investasi, return yang ditawarkan kurang kompetitif, hingga situasi politik dan keamanan yang kurang kondusif terjadi tepat di tengah masa penawaran sedang berlangsung.

SBN Ritel sejatinya secara fundamental aman, tapi isu politik seperti pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudi Sadewa meski tak berdampak langsung, namun dapat menciptakan sentimen ketidakpastian di kalangan investor. 

Mereka mungkin memutuskan untuk wait and see atau menunda keputusan investasi sampai situasi politik dan arah kebijakan fiskal lebih jelas.

Sebagian analis pasar keuangan, berpandangan lesunya pemesanan SR023 merupakan imbas dari tren penurunan suku bunga di domestik dan global.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia,hingga September 2025, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, dengan total penurunan sebesar 100 basis poin (bps) hingga saat ini, terakhir, Agustus 2025, BI Rate kembali turun 25 bps menjadi 5 persen.

Nah, di tengah penurunan suku bunga acuan BI, investor biasanya akan memindahkan dananya ke aset yang menawarkan potensi return lebih besar, meskipun dengan risiko lebih tinggi, seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.

Atau bahkan, investor yang lebih agresif mungkin akan mengalihkan dananya ke pasar saham, di mana potensi capital gain jauh lebih besar, meskipun risikonya juga lebih tinggi. 

Kenapa Seharusnya Tidak Perlu Khawatir? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun