Mendekati tenggat masa penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Sukuk Ritel SR023 Â yang tinggal tersisa 6 hari ke depan, sebelum ditutup pada 15 September 2025, nilai pemesanannya belum mampu menyentuh setengah dari kuota awal yang ditetapkan Pemerintah
Menurut data perdagangan yang saya kutip dari salah satu mitra distribusi yang telah bekerjasama dengan Kementerian Keuangan, PT. Bibit Tumbuh Bersama, melalui aplikasinya Bibit.Id, hingga Selasa, 9 September 2025 Pukul 12.25, nilai pemesanannya baru mencapai Rp5,41 triliun.
Dengan perincian, SR023T3 yang memiliki masa jatuh tempo atau tenor 3 tahun dengan return 5,80 persen per tahun, dipesan sebesar Rp3,13 triliun, artinya masih tersisa 79,1 persen dari kuota yang ditetapkan yaitu Rp15 triliun.
Sedangkan yang bertenor lebih panjang, 5 tahun, SR023T5 dengan return 5,95 persen per tahun, nilai pemesanannya sebesar Rp2,28 triliun, tersisa 54,4 persen dari kuota awalnya Rp5 triliun
Alasan Di Balik Lambatnya Pemesanan
Laju pemesanannya terlihat lebih lambat dibandingkan penawaran SBN ritel sebelumnya. Mungkin hal tersebut terjadi lantaran beberapa sentimen, mulai dari langkah preventif investor ritel saat mengambil keputusan investasi, return yang ditawarkan kurang kompetitif, hingga situasi politik dan keamanan yang kurang kondusif terjadi tepat di tengah masa penawaran sedang berlangsung.
SBN Ritel sejatinya secara fundamental aman, tapi isu politik seperti pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudi Sadewa meski tak berdampak langsung, namun dapat menciptakan sentimen ketidakpastian di kalangan investor.Â
Mereka mungkin memutuskan untuk wait and see atau menunda keputusan investasi sampai situasi politik dan arah kebijakan fiskal lebih jelas.
Sebagian analis pasar keuangan, berpandangan lesunya pemesanan SR023 merupakan imbas dari tren penurunan suku bunga di domestik dan global.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia,hingga September 2025, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, dengan total penurunan sebesar 100 basis poin (bps) hingga saat ini, terakhir, Agustus 2025, BI Rate kembali turun 25 bps menjadi 5 persen.
Nah, di tengah penurunan suku bunga acuan BI, investor biasanya akan memindahkan dananya ke aset yang menawarkan potensi return lebih besar, meskipun dengan risiko lebih tinggi, seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
Atau bahkan, investor yang lebih agresif mungkin akan mengalihkan dananya ke pasar saham, di mana potensi capital gain jauh lebih besar, meskipun risikonya juga lebih tinggi.Â