Lihat ke Halaman Asli

Dear Ramadan Tahun Depan, Kukirim Surat Cinta Penuh Kerinduan dan Harapan

Diperbarui: 30 Maret 2025   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat Cinta untuk Ramadan Tahun Depan. (ilustrasi by AI)

Wahai Ramadan yang selalu dinanti,

Engkau adalah tamu agung yang setiap tahun datang mengetuk pintu, membawa wewangian malam-malam suci, menghamparkan cahaya bagi hati yang lama redup. Engkau datang dengan kelembutan yang tak pernah berubah, meski kami sering kali menyambutmu dengan kesiapan yang setengah hati. Engkau membawa hujan pengampunan, mengalirkan sungai-sungai doa, dan menyisakan jejak rindu ketika akhirnya kau berpamitan.

Namun, tahun ini aku menulis surat ini bukan hanya sebagai salam perpisahan, tetapi juga janji pertemuan kembali. Sebab pertemuan kita kali ini terasa berbeda, lebih rapuh, lebih terburu-buru. Seperti seorang musafir yang tak sempat menyesap seluruh keindahan perjalanan, aku merasa banyak yang belum kusampaikan, banyak yang belum kurasakan sepenuhnya.

Ramadan tahun depan, semoga engkau masih menemuiku dalam keadaan yang lebih baik. Aku ingin menyambutmu dengan hati yang lebih lapang, bukan sekadar tubuh yang bergegas dalam rutinitas. Aku ingin berpuasa dengan kesadaran penuh, bukan sekadar menahan dahaga, tetapi juga menahan segala gundah dan kelelahan dunia. Aku ingin berbuka dengan kehangatan yang lebih tulus, bukan hanya sekadar mengejar kenyang, tetapi juga menyantap nikmat syukur yang sering terabaikan.

Dan di antara doa yang kukirimkan di setiap sepertiga malam, ada satu yang kuselipkan dengan penuh harap:

Ya Allah, jagalah kedua orang tuaku. Biarkan aku melihat senyum mereka tahun depan, dalam keadaan sehat dan bahagia. Jika jalan rezeki ini adalah titian yang akan mengangkat derajat mereka, maka kuatkan langkahku agar aku dapat melaluinya dengan penuh keberkahan. Jadikan aku perpanjangan tangan kasih sayang-Mu bagi mereka, agar setiap Ramadan yang datang membawa lebih banyak kebahagiaan untuk kami sekeluarga.

Sebab Ramadan bukan sekadar bulan, ia adalah cermin yang memantulkan siapa diri kita sebenarnya. Di dalamnya, kita bercermin pada kesabaran, keikhlasan, dan keimanan yang sering kali tertutup debu kesibukan. Dan saat ia pergi, ia meninggalkan pertanyaan: akankah kita menjadi manusia yang lebih baik, atau sekadar menanti pertemuan berikutnya tanpa perubahan berarti?

Jadi, wahai Ramadan tahun depan, datanglah kembali dengan segala keberkahanmu. Temui aku, saat aku dalam keadaan yang lebih baik, jiwa yang lebih tenang, raga yang lebih sehat, dan keluarga yang masih lengkap dalam pelukan kasih sayang. Jika aku telah belajar sesuatu dari kepergianmu tahun ini, itu adalah bahwa waktu tak pernah menjanjikan pertemuan yang sama. Maka biarlah harapan ini menjadi doa yang menyeberangi takdir, agar kita kembali bersua dalam damai.

Dengan rindu dan doa,
Seorang hamba yang menanti kehadiranmu, Ramadan. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline