Lihat ke Halaman Asli

jelita dachi

Mahasiswa

Komputer Menguasai, Buku Tetap Memberi Makna

Diperbarui: 15 September 2025   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto:belajar (sumber foto:pixaby/Diana) 

Aku masih ingat jelas masa kecilku ketika buku menjadi satu-satunya jendela dunia. 

Setiap kali pulang sekolah, aku sering menyisihkan uang jajan hanya untuk bisa membeli buku tulis baru atau meminjam buku cerita dari perpustakaan desa. Aroma khas kertas yang masih baru selalu membuatku merasa tenang. Dari halaman-halaman itu, aku belajar menulis, mencatat, dan bahkan menyimpan cerita kecil tentang kehidupanku sehari-hari.

Namun, seiring waktu, segalanya berubah. Ketika aku pertama kali mengenal komputer, rasanya seperti bertemu dengan dunia baru yang begitu luas. Hanya dengan mengetik beberapa kata, aku bisa mencari informasi yang dulu harus kucari berjam-jam di perpustakaan. Komputer membuat segalanya lebih cepat, lebih praktis, dan seakan-akan dunia ada dalam genggaman.

Aku pun mulai meninggalkan kebiasaan menulis panjang di buku harian. Semua catatan sekolah, bahkan puisi-puisi kecilku, lebih sering kutulis di layar komputer. Aku merasa lebih canggih, lebih modern. Tapi di balik itu, tanpa kusadari, ada sesuatu yang hilang: keintiman dengan tulisan tangan sendiri.

Beberapa tahun lalu, aku sempat mengalami momen di mana komputerku rusak dan semua data tulisanku hilang begitu saja. Aku merasa hancur, seakan kehilangan sebagian dari diriku sendiri. 

Dari situlah aku mulai kembali melirik buku tulis. Saat aku membuka kembali lembar-lembar lama yang masih kusimpan, aku mendapati tulisan tanganku yang tidak rapi, coretan-coretan kecil, bahkan noda tinta yang sempat menetes. Ternyata, semua itu menyimpan kenangan yang tak bisa digantikan oleh file digital.

Terkadang juga ketika kita mencatat dibuku membuat kita cepat menangkap baik materi maupun tulisan-tulisan lain-nya dimana kita gampang ingat dan kapan pun bisa kita baca dimana pun dan kapan pun 

Pengalaman itu membuatku sadar bahwa meskipun komputer telah menguasai banyak aspek hidup kita, buku tetap memberi makna yang berbeda. Buku menyimpan kesabaran. 

Menulis di atas kertas melatihku untuk tidak tergesa-gesa, untuk benar-benar merenungkan setiap kata. Buku juga memberiku ruang untuk berinteraksi dengan diriku sendiri secara lebih dalam, tanpa gangguan notifikasi atau godaan untuk membuka tab baru.

Hari ini, aku tetap menggunakan komputer untuk bekerja, menulis, dan belajar. Tapi aku juga menyisihkan waktu untuk menulis tangan di buku catatan pribadi. Entah itu sekadar mencatat ide-ide sederhana, menuliskan rasa syukur, atau bahkan menuangkan keresahan hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline