Lihat ke Halaman Asli

Parapsikologi: Antara Ilmu dan Fenomena Misterius

Diperbarui: 29 September 2025   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Parapsikologi: Antara Ilmu dan Fenomena Misterius


               Parapsikologi sering dipandang sebagai bidang yang berhubungan dengan hal-hal mistis atau supranatural. Namun, secara lebih luas, ia merupakan upaya untuk meneliti fenomena yang sulit dijelaskan melalui ilmu pengetahuan konvensional. Nama "parapsikologi" sendiri berasal dari gabungan kata para (berarti "di samping") dan psikologi. Hal ini sering menimbulkan kesan bahwa bidang ini berkaitan dengan kemampuan paranormal, ramalan, atau telepati. Padahal, parapsikologi berkembang sebagai kajian yang mencoba memberi landasan ilmiah terhadap fenomena-fenomena di luar pengalaman sensorik biasa.

Secara garis besar, fenomena parapsikologi dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, fenomena kognitif, yaitu kemampuan yang diyakini memungkinkan seseorang mengetahui sesuatu tanpa menggunakan pancaindra. Contohnya telepati, clairvoyance (melihat hal yang tersembunyi), precognition (pengetahuan tentang masa depan), serta extrasensory perception (ESP). Kedua, fenomena fisik, yang biasanya berkaitan dengan interaksi antara pikiran dan benda. Misalnya, keyakinan bahwa hasil lemparan dadu dapat dipengaruhi oleh kehendak, atau kisah tentang poltergeist yang mampu menggerakkan benda secara misterius. Istilah psychokinesis digunakan untuk menggambarkan fenomena semacam ini.

Walaupun minat terhadap fenomena psikis sudah ada sejak zaman kuno---ketika orang kerap menjelaskan kejadian aneh dengan melibatkan roh, iblis, atau makhluk gaib---parapsikologi sebagai disiplin baru berkembang pada akhir abad ke-19. Munculnya gerakan spiritualisme yang percaya pada komunikasi dengan roh mendorong lahirnya berbagai organisasi, salah satunya Society for Psychical Research di London (1882), yang kemudian diikuti oleh pembentukan lembaga serupa di Amerika Serikat berkat peran William James. Pada abad ke-20, tokoh seperti J.B. Rhine mempopulerkan metode eksperimen dalam penelitian parapsikologi di Duke University, sementara di Eropa, Utrecht University juga membuka pusat penelitian psikis di bawah pimpinan W.H.C. Tenhaeff.

Perdebatan mengenai parapsikologi berlangsung hingga kini. Sebagian peneliti, seperti F.W.H. Myers dan Sir Oliver Lodge, mendukung penjelasan spiritualis, sedangkan tokoh lain seperti Charles Richet mengakui adanya fenomena aneh namun menolak pendekatan spiritualisme. Di sisi lain, ada pula yang memilih tetap netral. Ketidakseragaman pandangan ini membuat diskusi mengenai parapsikologi kerap emosional dan sulit dilepaskan dari bias nilai, keyakinan pribadi, maupun interpretasi atas bukti ilmiah.

Dalam perkembangannya, parapsikologi sering dikritik sebagai bagian dari pseudoscience atau ilmu semu, karena banyak klaimnya tidak dapat diuji secara konsisten dengan metode ilmiah. Meski begitu, beberapa penelitian modern mencoba meningkatkan ketelitian dengan menggunakan statistik dan prosedur kontrol yang lebih baik. Sejumlah hasil memang menghasilkan data menarik, khususnya dalam eksperimen telepati, meskipun kesimpulannya masih jauh dari final.

Dengan demikian, parapsikologi menempati posisi unik: ia berada di persimpangan antara keyakinan masyarakat tentang hal gaib dan upaya ilmiah untuk menelitinya. Walau bukti yang ada belum cukup meyakinkan, penelitian di bidang ini tetap berjalan, dengan harapan suatu saat dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang selama ini dianggap misterius.

Salah satu contoh konsep yang sering dikaitkan dengan parapsikologi adalah indigo children. Istilah ini pertama kali muncul dalam tradisi New Age pada 1970-an, yang menyebut anak indigo memiliki aura berwarna indigo. Mereka diyakini memiliki kemampuan ESP, seperti telepati, intuisi tajam, hingga kemampuan spiritual yang lebih tinggi. Dari perspektif parapsikologi, indigo sering dikaitkan dengan fenomena clairvoyance (indra keenam), telepati, maupun precognition.

Di sisi lain, dalam psikologi, anak indigo sering dipandang sebagai bagian dari kategori anak berkebutuhan khusus berbakat, yaitu individu dengan kecerdasan tinggi, kreativitas luar biasa, atau bakat spesifik. Dengan demikian, baik parapsikologi maupun psikologi sama-sama menekankan bahwa indigo children berbeda dari anak pada umumnya. Bedanya, psikologi berfokus pada aspek ilmiah seperti IQ dan kreativitas, sedangkan parapsikologi lebih menyoroti aspek supranatural seperti ESP, aura, dan intuisi mistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline