Di tengah pesatnya pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia, tantangan keamanan pangan semakin kompleks. Urbanisasi mendorong meningkatnya kebutuhan pangan hewani seperti daging, telur, dan susu—namun di sisi lain, rantai distribusi yang panjang, sistem pengawasan yang terbatas, dan kebiasaan konsumsi masyarakat perkotaan yang serba cepat membuka celah bagi munculnya pangan yang tidak aman.
Di sinilah Kesehatan Masyarakat Veteriner (KesMavet) memainkan peran vital—bukan hanya sebagai pengawas, tetapi sebagai penjaga garda depan keamanan pangan asal hewan di lingkungan perkotaan.
Kota Modern: Pusat Pengolahan, Pemotongan, Pengemasan, Pemasaran, dan Kuliner
Kota modern bukan hanya pusat pemerintahan dan ekonomi, tetapi juga telah berevolusi menjadi pusat industri pangan hewani.
Di dalamnya berdenyut aktivitas yang sangat kompleks—mulai dari pemotongan hewan, pengolahan produk, pengemasan modern, distribusi cepat, hingga pusat kuliner yang menggoda selera.
Kawasan perkotaan kini dipenuhi dengan rumah potong hewan (RPH) modern, pabrik pengolahan daging dan susu, serta sentra logistik pangan yang beroperasi siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan jutaan warga.
Di satu sisi, hal ini membuka peluang besar bagi kemandirian pangan dan pertumbuhan ekonomi lokal. Namun di sisi lain, kompleksitas ini juga menghadirkan tantangan serius bagi keamanan dan kesehatan masyarakat.
Rantai Panjang, Risiko Besar
Setiap tahap dalam rantai produksi dan distribusi pangan memiliki potensi risiko.
Di RPH, risiko kontaminasi biologis dapat terjadi bila proses penyembelihan tidak memenuhi standar higienitas dan kesejahteraan hewan.