Punya buku tapi tak laku? Jangan lesu, kawanku. Simak perjalanan buku Reda Gaudiamo berjudul Na Willa. Dicetak indie, awalnya buku sepi peminat di jaringan toko buku besar. Akhirnya malah laris dan bahkan diangkat jadi film animasi.
Itulah saat sutradara film animasi Jumbo Ryan Adriandhy mengumumkan akan memfilmkan buku Reda. Saya betul sangat gembira meskipun mungkin belum banyak pembaca yang familier dengan nama Reda Gaudiamo.
Wajar saja, karena Reda lebih dikenal sebagai penyanyi yang mahir membuat musikalisasi puisi daripada sebagai penulis buku anak.
Alih-alih disejajarkan dengan penulis seperti Clara Ng atau Dian Kristiani, nama Reda justru melejit berkat musikalisasi puisi karya Sapardi atau Cak Nun yang viral di YouTube. Setidaknya itu dulu.
Jatuh cinta pandangan pertama
Ketika kali pertama membaca Na Willa, saya langsung jatuh cinta dengan gaya penulisannya. Berlabel "Serial Catatan Kemarin," buku ini mengabadikan kenangan masa kecil Reda saat tinggal di sebuah gang di Surabaya.
Na Willa sendiri adalah nama panggilan dari ibunda Reda, sementara tokoh Mak dan Pak mewakili orang tuanya.
Dari sinilah cerita berkisar, bergulir antara kisah warga gang mungil yang diwarnai kesederhanaan yang kerap kita lupakan.
Sampul sederhana, buku anak atau dewasa? (Sumber:dok. pri)
Tiga poin unggul
Ada tiga poin menarik dari buku ini. Pertama, ceritanya berpusat pada pengalaman Na Willa, seorang anak yang memotret segala hal di sekitarnya---mulai dari teman-temannya yang unik hingga permainan lawas yang kini mungkin sudah terlupakan.
Na Willa digambarkan sebagai anak polos, ceplas-ceplos, dan penuh keceriaan---seolah dunia harus dihadapi dengan rasa penasaran tanpa takut berbuat salah.