Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Rezeki yang Mengalir dari Tangan ke Tangan

Diperbarui: 13 Oktober 2025   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rezeki Buku Gratis dari Teman (Sumber: dokumen pribadi)

Rezeki tak akan kemana, kata orang bijak. Sesuatu kalau bukan rezeki kita, biar kita kejar sampai ngos-ngosan, tetap tidak akan menjadi milik kita.  Sebaliknya, sesuatu yang tidak kita harapkan, mungkin tiba-tiba akan datang sendiri tanpa harus kita cari dengan susah payah. Itulah rezeki.

Suatu sore datanglah kurir ke rumah, mengantarkan sebuah paket buat saya. Dilihat dari bentuknya, itu paket buku. Saya lihat pengirimnya memang seorang kenalan saya, seorang penulis.

Saya ingat beberapa waktu sebelumnya, si penulis ini chat saya mengatakan bahwa ia akan mengirimkan buku. Saya bilang berapa harganya? Dia jawab free. Alasannya saya sudah banyak membantu. Padahal saya hanya pernah beli bukunya saja.

Salah satu buku yang ditawarkannya untuk dikirim adalah buku karya anaknya, seorang gadis kecil kelas 6 SD. Bakat papanya rupanya turun ke anak sulungnya ini, pintar nulis juga.

"Masak saya dikirimi buku Hawa gratisan, ya saya belilah," ucap saya waktu itu. Hawa nama anak teman saya itu.

Dia memaksa mengirimkan dan lalu ternyata memang ia benar-benar mengirimkan buku. Selain buku karya Hawa, anaknya, ia juga mengirim tiga buku lainnya berupa pictbook.

Tiga pictbook hadiah dari teman (Sumber: dokumen pribadi)

Saya segera mengirimkan ucapan terima kasih sekaligus memberi informasi bahwa buku sudah saya terima. Saya juga bilang bahwa anak-anak saya sudah besar-besar, maka saya minta izin buku-buku pictbooknya akan saya berikan ke anak teman saya. Si penulis mempersilakan.

Saya pun menyisihkan 3 pictbook untuk anak teman saya, sementara buku karya Hawa akan saya simpan untuk saya baca sendiri. Di sini rezeki yang saya terima mengalir menjadi rezeki untuk anaknya teman, yang besok akan mendapatkan 3 buku gratis.

Saya lalu  membaca satu bab pertama dari buku  Hawa dan tak kuasa menahan air mata. Maklum, buku Hawa ini mengisahkan suara hatinya saat mamanya harus terbaring lemah karena sakit.

Ya Allah, Sembuhkan Ibuku (Sumber: dokumen pribadi)

Saya trenyuh membayangkan anak sekecil Hawa sudah memiliki pemikiran yang melebihi usianya. Bijak menempatkan diri dalam kondisi ekonomi keluarganya yang menurun, dan kondisi mamanya yang sakit, serta papa yang berjuang di jalanan. Selain penulis, teman yang mengirimi saya buku juga berprofesi sebagai driver ojek online.

Hati saya tergugah dengan kisah yang dituturkan Hawa dalam bukunya. Saya jadi tergerak ingin memberi sesuatu buat Hawa atau papanya. Saya berpikir apakah saya hanya akan mengirimi uang atau membeli buku karya Hawa dan papanya lebih banyak lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline