Lihat ke Halaman Asli

IMRON SUPRIYADI

Jurnalis dan Pengasuh Pondok Pesantren Laa Roiba Muaarenim

Liburan Sekolah Tanpa Gedge : Mushola Kecil, Anak-Anak Besar

Diperbarui: 12 Juli 2025   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Ustadz Imron Supriyadi (kiri) dan Ustad M Kahfil El Hakim sedang memberi matei pada "Pesantren Kilat Libur Sekolah" di Mushola Al-Istiqomah 

Ada mushola kecil di Keban Agung, Kec. Lawang Kidul, tepatnya di Komplek Perumahana Bara Lestari 2, Kabupaten Muara Enim. Luasnya hanya 10 x 10. Tapi malam itu, langit menjadi lebih lapang dari biasanya. Anak-anak SD dan SMP berkumpul. Bukan untuk main Free Fire, bukan juga untuk joget TikTok. Mereka bangun malam untuk tahajud. Duduk bersila belajar wudhu. Shalatnya pelan, terbata, tapi tulus.

Itulah Mushola Al-Istiqomah. Nama yang mungkin tidak viral. Tapi malam itu, ia lebih "istiqamah" dari semua trending topic yang lenyap dalam 24 jam.

Di tengah dunia yang penuh 'gedge', anak-anak ini memilih sajadah. Di antara malam-malam panjang yang biasanya habis untuk scroll dan tap, mereka justru memeluk sunyi dan dzikir. Panitia memberi nama kegiatan ini "Liburan Tanpa Gedge"---plesetan dari gadget, yang sepertinya lebih sakti dari guru ngaji dalam mengikat perhatian anak-anak hari ini.

Gedge yang Menggerus Jiwa

Saya kira bukan gadget-nya yang salah. Yang berbahaya adalah saat layar menjadi guru utama, dan iklan jadi kurikulum harian. Kita sedang tumbuh di zaman di mana orang tua kalah karisma dari YouTuber, dan guru ngaji kalah cepat dari algoritma.

Makanya kegiatan kecil ini penting. Bukan karena mushola itu besar, tapi karena niat di dalamnya lebih besar dari semua like dan share yang pernah saya lihat.

Foto : Jun Supriyadi, Ketua Mushola Al-Istiqomah (berdiri di depan/gamis putih) sedang memberi pengarahan (sumber : Dok.Al-Istiqomah)

Pak Jun Supriyadi, Ketua Mushola itu, bilang dengan tenang, "Anak-anak sekarang lebih hafal level game daripada nama nabi." Kalimatnya sederhana. Tapi seperti kerikil yang dilempar ke cermin. Retaknya bukan di luar. Tapi di dalam hati kita sendiri yang terlalu sibuk menyalahkan anak-anak, padahal kita sendiri lupa menyiapkan dunia yang bisa mereka tinggali secara ruhani.

Scroll Diganti Sujud

Dua hari itu, mushola menjadi semacam pesantren mini. Shalatnya dilatih satu per satu oleh Ustadz Kahfi dari Ma'had Al-Fath Palembang. Bukan sekadar teori. Tapi mulai dari niat sampai salam. Dari ucapan sampai gerakan. Dari tubuh sampai ruh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline